Thursday, August 3, 2017

Profil Kekuatan Pertahanan Indonesia

Profil Kekuatan Pertahanan Indonesia
Oleh David Raja Marpaung

Berdasarkan perhitungan Global Fire Power jumlah personil aktif Indonesia mencapai 476,000 dimana Indonesia menempati posisi ke-10 yang berada dibawah Algeria dengan jumlah personil yang aktif sebanyak 512.000. Hal tersebut melampaui total peralatan militer yang ada dimana ketersediaan jumlah tenaga kerja yang sewaktu-waktu siap untuk melayani negara dalam sebuah keadaan perang yang jumlahnya cukup besar sehingga dapat mendorong kekuatan militer Indonesia ke arah kesiapan tempur pada titik tertentu. Berikut tabel ketersediaan jumlah penduduk Indonesia dan personil aktif. 

Jumlah Personil Aktif TNI 
Manpower



Total Population
255,993,674


Available Manpower
130,000,000


Fit for Service
107,540,000


Reaching Military Age
4,500,000
Annually



Active Frontline Personnel
476,000


Active Reserve Personne
400,000



Kekuatan Angkatan Darat

Tanks
468


Lapis baja (Afvs)
1,089


Self-Propelled Guns (SPGs)
37


Towed-Artillery
80


Multiple-Launch Rocket Systems (MLRSs)
86


Kekuatan Angkatan Utara



Pesawat
405


Pesawat tempur
30


Pesawat bersayap tetap
52


Pesawat transportasi
187


Pesawat latih
104


Pesawat lain
148


Helikopter serbu
5


Kekuatan Angkatan Laut



Kapal perang
171


Kapal induk
0


Fregat
6


Kapal perusak
0


Kapal Corvette
26


Kapal selam
2


Pertahanan Pantai
21


Mine Warfare
12



Berdasarkan tabel diatas, matra darat Indonesia memiliki 468 tanks, 1,089 kendaraan lapis baja, self propelled guns 37, Towed Artilerry 80, dan Multiple-Launch Rocket Systems 86. Matra Udara Indonesia memiliki 405 jumlah pesawat, 30 pesawat tempur, 52 pesawat bersayap tetap, 187 pesawat transportasi, 104 pesawat latih, pesawat lain 148 dan helikopter serbu sebanyak 5 unit.

TNI AL  Indonesia memiliki 171 kapal perang tetapi tidak memiliki sama sekali kapal induk dan kapal perusak, selain itu Indonesia memiliki 6 fregat, 26 kapal corvette, 2 kapal selam, dan 21 kapal untuk pertahanan pantai.

Jika kita membandingkan antara matra darat, matra udara, dan matra laut Indonesia dapat kita lihat bahwa matra darat cukup menunjang dalam membantu mobilitas TNI. Namun, hal yang sangat memprihatinkan terjadi pada matra laut Indonesia dimana Indonesia hanya memiliki 2 kapal selam dan tidak memiliki sama sekali kapal induk dan kapal perusak padahal tantangan yang sangat besar dimana wilayah laut Indonesia berbatasan langsung dengan 10 negara tetanga sehingga dibutuhkan alutsista yang dapat menunjang mobilitas TNI di perairan Indonesia

Dalam merealisasikan MEF Indonesia telah meningkatkan anggaran pertahanan Indonesia tiap tahunnya hingga mencapai U$10.0 dengan presentasi terhadap GDP 0.9%. Namun, untuk negara seluas Indonesia harusnya anggaran pertahanan terhadap GDP mencapai 1,5%. Hal tersebut harusnya menjadi perhatian yang sangat penting bagi pemerintah Indonesia untuk mencapai kemandirian pertahanan Indonesia kedepannya karena mengingat anggaran pertahanan suatu negara merupakan faktor yang sangat penting dalam peningkatan kekuatan pertahanan


Perkembangan Kerjasama Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX-IFX)

Perkembangan Kerjasama Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX-IFX)
Oleh David Raja Marpaung

Indonesia dan Korea Selatan saat ini sedang menjalin kerjasama dalam pengembangan pesawat tempur yang dikenal sebagai Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX-IFX). Seri KFX-IFX setara dengan jet tempur tipe F-18 Super Hornet,Eurofighter Typhoon, hingga Dessault Rafale. Hal yang sangat menarik dalam kerjasama ini ialah adanya “sharing cost” dimana Indonesia hanya mengerluarkan dana sebesar 20% dari total pembiayaan US$ 8 miliar atau 111,52 triliun rupiah.

Ini bukanlah kerjasama militer pertama antara Indonesia dan Korea, Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia sudah menandatang kontrak pembelian 3 unit kapal selam DSME-209 dari Korea Selatan dengan nilai kontrak sekitar $1.1 Miliar.Kapal selam DSME-209 yang juga sering disebut Improved Changbogo adalah varian kapal selam U-209 yang dilisensi Korea Selatan dari Jerman. Dari 3 unit kapal selam yang dipesan Indonesia ini, 2 unit akan dikerjakan di Korea Selatan dan 1 unit akan dikerjakan di PT PAL Indonesia

Berdasarkan peraturan Presiden tentang program pengembangan pesawat tempur IF-X dibagi menjadi tiga tahap,yaitu: tahap pengembangan teknologi, tahap pengembangan rekayasa serta manufaktur dan tahap produksi. Tahap pengembangan teknologi merupakan tahapan untuk membangun prasayaratan operasional, identifikasi teknologi, dan desain konfigurasi Pesawat Tempur IF-X

Dalam tahap pengembangan rekayasa serta manufaktur akan dimulai dengan pembuatan desain awal, desain detail sampai prototipe, pengujian dan sertifikasi, sedangkan pada tahap terakhir merupakan tahap pembuatan pesawat tempur.76tahap tersebut akan diikuti oleh pihak ahli teknologi Indonesia dan Korea Selatan. Meskipun dalam proyek ini, Indonesia hanya mengeluarkan dana sebanyak 20% dari total biaya yang diperkirakan anak mencapai US$ 6-8 Miliar.

Tahap pertama telah dilakukan sesuai sesuai jadwal yang semestinya selesai pada akhir tahun 2012, namun pada tahun 2013-2014 yang semestinya telah dilajut pada tahap pengembangan rekayasa serta manufaktur mengalami penundaan yang dilakukan oleh pihak Korea Selatan melalui pengumuman resmi DAPA (Defense Acquisition Program Administration), lembaga Korea yang mengurus kebijakan pengadaan system pertahanan Korea.

Pada akhir tahun 2015, Kerjasama ini telah dilanjutkan kembali dengan memasuki tahap kedua dimana Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia mengatakan telah mengirim 200 lebih teknisi untuk membuat design di Korea Selatan. Dengan melihat adanya penundaan maka kemungkinan pengembangan tahap kedua akan berlanjut hingga 2019, sehingga sertifikasi akan dilakukan 2-3 tahun, lalu masuk ke tahap operasional pada tahun 2028.