Friday, May 20, 2016

Analysis of Indonesia Navy

                                                         Analysis of Indonesia Navy

                                                          By David Raja Marpaung
                                                (Email: davidrajamarpaung@gmail.com)




Indonesian Navy, or abbreviated Navy has a formidable task. They must secure 3,544,743.9 square kilometers of ocean Indonesia. Currently the Navy has two fighter fleet strength is the western and eastern fleet with major defense equipment KRI 154 and KAL 209, 2nd Marine division and equitable distribution base.

 
Navy has 74 thousand active personnel. Global Firepower believes largest naval force Indonesia reached 221 warships. This amount consists of two submarines, six frigates, 10 corvettes, 16 corvettes and 21 anti-submarine missile boat. Meanwhile, there are 51 patrol boats, 12 minesweepers and 4 amphibious transports.
Under the sea, the Navy relies on two submarines flagship, namely KRI Cakra (401) and Nanggala (402). Indonesia is also still awaiting the arrival of the vessel Chang Bogo class of South Korea. At sea level, the Navy has a frigate made in the Netherlands, namely the Sigma-reinforced grade weapon types OTO Melara 76 mm, Oerlikon Millennium Gun system, VLS SAM MICA, Exocet MM40 Block III SSM and triple-class torpedo tubes.Sedangkan Ahmad Yani confirmed guns OTO Melara 76 mm, twin Simbad SAM, SSM or C-802 Yakhont SS-N-26 SSM and triple Mk 32 torpedo launchers. In addition to the ship, the Navy also operates 55 aircraft.

Fleet strength



Western fleet
The main Pangkalann in Tanjung Pinang and Belawan, Dumai supporter bases, Batam, Natuna, Lhokseumawe, Sabang, Padang, Mempawah. Number KRI KRI 80-85 range of different types (frigate, corvette, KCR, LPD, LST). Fleet monitoring western region is the Malacca Strait, Singapore Strait, Natuna Sea, Strait Karimata and the West Coast of Sumatra reinforced with 3 Marine Brigade.

Central fleet
The main base in Surabaya and Jakarta, supporter base Makassar, Balikpapan, Tarakan, Bitung, Cilacap, Lampung Bay and Benoa. Central Fleet KRI reinforced with 85-90 units of various types including submarines, hospitals. Supervisory region is the Sunda Strait, Java Sea, southern coast of Java, Bali Strait, Lombok Strait, Makassar Strait and the Sulawesi Sea. Central Fleet Marine Brigade reinforced with 4.

Eastern fleet
The main base in Ambon and Kupang, supporter base in Merauke, Jayapura, Sorong and Ternate. Distribution ranges between 82-85 KRI KRI of various types (frigate, corvettes, submarines). Areas of oversight is the Timor Sea, Arafuru Sea, Banda Sea, Maluku, North Coast Papua. Given the contours of the sea in this wiayah is the sea in the KRI operating is of type frigate and corvette. Eastern Fleet Marine Brigade reinforced with 3.
To get to the power of three of the fleet TN AL already spread its wings by establishing new bases, namely Teluk Bayur, Kupang, Merauke, Tarakan. KRI distribution according to the scenario, each base support units permanently stationed there are at least three corvettes KRI / Fregat and 5 FPB to oversee the surrounding waters. In support base that will be placed one battalion of the Marines' base defense. While in the main base there are rows corvette, frigate, FPB, LPD, submarines and other units of the Marines who escorted the brigade level complete with weaponry (Amphibious tanks, amphibious armored vehicles, missiles, howitzers).

Analisis Kekuatan Angkatan Laut Indondesia

Analisis Kekuatan Angkatan Laut Indondesia

Oleh David Raja Marpaung
(email: davidrajamarpaung@gmail.com)

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, atau disingkat TNI AL memiliki tugas yang amat berat. Mereka harus mengamankan 3.544.743,9 kilometer persegi lautan Indonesia. Saat ini TNI AL memiliki kekuatan dua armada tempur yaitu armada barat dan timur dengan alutsista utama 154 KRI dan 209 KAL, 2 divisi Marinir dan sebaran pangkalan yang merata.
 TNI AL memiliki 74 ribu personel aktif. Situs Global Firepower meyakini kekuatan laut Indonesia mencapai 221 kapal perang. Jumlah tersebut terdiri atas 2 kapal selam, 6 kapal frigat, 10 korvet, 16 korvet antikapal selam serta 21 kapal misil. Sementara, terdapat 51 kapal patroli, 12 kapal penyapu ranjau serta 4 kapal transport amfibi.

Di bawah laut, TNI AL mengandalkan dua kapal selam andalannya, yakni KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402). Indonesia juga masih menunggu kedatangan kapal kelas Chang Bogo dari Korea Selatan. Di permukaan laut, TNI AL memiliki kapal frigat buatan Belanda, yakni kelas Sigma yang diperkuat senjata jenis OTO Melara 76 mm, Oerlikon Millennium Gun system, VLS MICA SAM, Exocet MM40 Block III SSM dan triple torpedo tubes.Sedangkan kelas Ahmad Yani diperkuat senjata OTO Melara 76 mm, twin Simbad SAM, C-802 SSM atau Yakhont SS-N-26 SSM serta triple Mk 32 torpedo launchers. Selain kapal, TNI AL juga mengoperasikan 55 pesawat.

Kekuatan Armada

Armada Barat
Pangkalann utama di Tanjung Pinang dan Belawan, pangkalan pendukung Dumai, Batam, Natuna, Lhok Seumawe, Sabang, Padang, Mempawah.  Jumlah KRI berkisar 80-85 KRI dari berbagai jenis (Fregat, Korvet, KCR, LPD, LST).  Wilayah pengawasan Armada barat adalah Selat Malaka, Selat Singapura, Laut Natuna, Selat Karimata dan Pantai Barat Sumatera diperkuat dengan 3 Brigade Marinir.

Armada Tengah
Pangkalan utama di Surabaya dan Jakarta, pangkalan pendukung Makassar, Balikpapan, Tarakan, Bitung, Cilacap, Teluk Lampung dan Benoa.  Armada Tengah diperkuat dengan 85-90 KRI dari berbagai jenis termasuk satuan kapal selam, kapal rumah sakit.  Wilayah pengawasannya adalah Selat Sunda, Laut Jawa, Pantai Selatan Jawa, Selat Bali, Selat Lombok, Selat Makassar dan Laut Sulawesi.  Armada Tengah diperkuat dengan 4 Brigade Marinir.

Armada Timur
Pangkalan utama  di Ambon dan Kupang, pangkalan pendukung di Merauke, Jayapura, Sorong dan Ternate.  Sebaran KRI berkisar antara 82-85 KRI dari berbagai jenis (Fregat, Korvet, Kapal Selam).  Wilayah pengawasan adalah Laut Timor, Laut Arafuru, Laut Banda, Laut Maluku, Pantai Utara Papua.  Mengingat kontur laut di wiayah ini adalah laut dalam maka KRI yang beroperasi adalah dari jenis Fregat dan Korvet.  Armada Timur diperkuat dengan 3 Brigade Marinir.
Untuk menuju kekuatan tiga armada itu TN AL sudah melebarkan sayapnya dengan membentuk pangkalan-pangkalan baru yaitu Teluk Bayur, Kupang, Merauke, Tarakan. Sesuai skenario sebaran KRI maka setiap pangkalan pendukung ditempatkan secara permanen satuan KRI minimal ada 3 korvet/Fregat dan 5 FPB untuk mengawasi perairan di sekitarnya. Di pangkalan pendukung itu akan ditempatkan 1 batalyon pasukan marinir pertahanan pangkalan. Sementara di pangkalan utama ada barisan Korvet, Fregat, FPB, LPD, Kapal Selam dan lain-lain yang dikawal satuan Marinir setingkat brigade lengkap dengan persenjataannya (Tank Amphibi, Panser Amphibi, Rudal, Howitzer).

Wednesday, May 11, 2016

Analysis of the Indonesian Air Force

                                          Analysis of the Indonesian Air Force

                                                   By David Raja Marpaung                                                   
                                       (Email: davidrajamarpaung@gmail.com)






Indonesian Air Force today has already had seven fighter squadrons, four squadron\of transport planes and 3 helicopters squadrons. For radar, the Air Force has had 22 radar throughout Indonesia .. However, in accordance with the plan of minimum essential force in 2024 later Indonesia are in need of 11 fighter squadrons, so still need four squadrons again. Transport Squadron took six, still less 2 squadron. As for helicopters, Indonesia need the extra 2 squadron, making it the fourth squadron. While radar we need 32 units, now has 22 units.


For fighter aircraft, the Air Force is still operate 12 units of F-16 Fighting Falcon Block 15 A / B OCU, and coupled with the arrival of 24 pieces of F-16 variants C / D 52ID. Besides, products of the United States, Indonesia also has Russian-made aircraft, including five units of Sukhoi Su-27 SK / SKM and 11 Su-30 MK / MK2. In addition, there are 16 units of fighter jets KAI T-50 Golden Eagle and 12 units of EMB 314 Super Tucano.


Indonesia also has two squadrons of fighter Hawk-109/209 made in England which will soon be replaced through the revitalization program of defense equipment. Other Indonesian fighter aircraft is the F-5 E / F Tiger II that has become a mainstay of the Indonesian air force since the 1980s. The fighter was once Indonesia purchased 12 units, but due to old age and the presence of some accidents, so the number that can be operational at this time only a few units.


To support the air defense, the Air Force has 37 850 active duty personnel.

Analisis Kekuatan Angkatan Udara Indonesia

Analisis Kekuatan Angkatan Udara Indonesia
Oleh David Raja Marpaung
(email: davidrajamarpaung@gmail.com)

Angkatan Udara Indonesia saat ini telah telah memiliki 7 skadron tempur, 4 skadron pesawat angkut dan 3 skadron helikopter. Untuk radar, TNI AU telah memiliki 22 radar di seluruh Indonesia.. Namun sesuai dengan rencana minimum essential force pada 2024 nanti Indonesia  membutuh 11 skadron tempur, sehingga masih perlu 4 skadron lagi. Skadron Angkut butuh 6, masih kurang 2 skadron. Sementara untuk helikopter, Indonesia mebutuhkan tambahan 2 skadron,sehingga menjadi 4 skadron. Sementara radar kita butuh 32 unit, sekarang baru 22 unit.

Untuk pesawat tempur, TNI AU sampai saat ini masih mengoperasikan 12 unit F-16 Fighting Falcon Block 15 A/B OCU, dan ditambah dengan kedatangan 24 buah unit F-16 dengan varian C/D 52ID.Selain produk Amerika Serikat , Indonesia juga memiliki pesawat buatan Rusia, antara lain 5 unit Sukhoi Su-27 SK/SKM dan 11 Su-30 MK/MK2. Selain itu, masih ada 16 unit jet tempur KAI T-50 Golden Eagle dan 12 unit EMB 314 Super Tucano.

Indonesia juga masih memiliki 2 skuadron  Pesawat tempur Hawk-109/209 buatan Inggris yang akan segera diganti melalui program revitalisasi alutsista. Pesawat tempur Indonesia lainnya adalah F-5 E/F Tiger II yang sudah menjadi andalan angkatan udara Indonesia sejak tahun 1980an. Pesawat tempur ini dulunya dibeli Indonesia sebanyak 12 unit, namun karena usia yang sudah tua serta adanya beberapa kecelakaan, sehingga jumlahnya yang bisa operasional saat ini hanya beberapa unit saja.

Untuk mendukung pertahanan udara,  TNI AU memiliki 37.850 personel yang masih aktif berdinas.