Monday, September 24, 2012

Study of Terrorism

Study of Terrorism
By: David Raja Marpaung S.IP M.Def

A. The definition of terrorism.
1. According to the UN Convention in 1937, all forms of terrorism are criminal acts directed against the state with the intention of creating a form of terror against specific people or groups of people or society at large.
2. U.S. Department of Defense in 1990. Terrorism is the unlawful act or acts that contains threats of violence or coercion against individuals or property to coerce or intimidate governments or societies for the purpose of political, religious or ideological.

B. Terrorism motivation.
Terrorists inspired by different motives. Motivation of terrorism can be classified into three categories: rational, psychology and culture can then be translated into broader:

1. Freeing the country. Fighters - Palestinian militants on 15 November 1988 it proclaimed independence in Algeria. In achieving these objectives PLO eventually divided into two fronts, namely front Intifada and the radical militant movement (Hamas). For the state of Israel, the PLO however shape classified as a terrorist group
2. Separating themselves from the legitimate government (separatists). IRA (Irish Republica Army) in any of the activities labeled as terrorists by the British government. . In Indonesia it had occurred in Aceh, Papua, and is still going on.
3. In protest the prevailing social system. Italian Red Brigades, which aimed to liberate Italy from the capitalists multinasionalis, by the Italian government put in a terrorist group. In Indonesia, this is done by the radical Islamic group or isla, hardliners dissatisfied with the social system, and especially the capitalist economic system that developed in Indonesia.
4. Get rid of the enemies of political enemies. Widely used Kadafi to get rid of political opponents by mengirirnkan DeadSquad to kill. The most prominent attempt to kill Libyan bekasPM A. Hamid Bakhoush in Egypt using pembunuhpembunuhbayarandari Europe. In Indonesia President Yudhoyono himself has commented that he is a terrorist target or targets.

C. Terrorism purpose.
The goal of terrorists can be divided into long-term goals and short-term goals.
Short-term goals.
1. Gaining recognition from local, national and internationally for his battle.
2. Triggering the government's reaction, over-reaction and repressive measures that could lead to unrest in society.
3. Disrupt, undermine and embarrass the government, military or other security forces.
4. Showed no's government was able to protect and secure its citizens.
5. Prevent or hinder the decision of the executive or the legislature.
6. Satisfactory or revenge.

Long-Term Goals
1. Cause dramatic changes in the government such as revolution, civil war or a war between nations.
2. Creating favorable conditions for the terrorists during the guerrilla war.
3. Influence policy decision makers both locally, nationally or internationally.
4. Obtain political recognition as a legal entity to represent an ethnic or national group.

D. Recruitment

1. Based Recruitment Agency
First, the safest way, they recruit new members from the seeds of quality in the educational institutions of their own, such as boarding schools or even just study-study routine.

To the candidates in question, a special team appointed will hold briefing process systematically. In this process, attention is drawn more to the indoctrination.

In the span of time planned, time will come prepared candidates that were initiated or taken the oath of allegiance. They pledged to listen and obey their leaders. They also vowed not to betray to their organization, whatever the situation demands.

They will be assigned in units of small cells effectively. Therefore, their confidentiality is assured. When the cells were destroyed by the government authorities, the situation will not harm other cells.

Each cell members responsible only to the head of the cell. Not to the supreme leader or imam them, so that the motion can still continue their struggle to walk and to regenerate.

2. Based Recruitment of Non-Agency
Second, a practical and cost-effective and energy, they recruit new members from the community around them.

In this way, it takes no training or formation-physical formation. A candidate can be recruited to immediately assigned, any risk that happening. Recruitment point lies in the recruiting efforts of persuasion.
The process starts from the recruitment potential members. The number of candidates, usually, not much. Five people have already said too much. Now the terrorist group targets youth even student groups as an operator in the field.

E. Funding

Robbery.
Operations that are carried out by terrorist groups is very expensive. To fund their terrorist activities rob a bank or armored car carrying large amounts of money. Bank robbery can also be used as a test for new personnel training program.

Extortion
Terrorists often use hijacking operations, particularly aircraft for ransom to free the hostages.
Another way is to kidnap important people or families to obtain large amounts of ransom money.

Hawalla System or fictitious trading
Terrorist groups do fictitious trading system or hawalla system to launder the proceeds of crime, or transfer money from a sponsor or donor.
For example, a terrorist group in Indonesia exporting trashy recognized as a super-advanced technology, and are sold with a very high into the middle east which is the main financier of terrorist movements.

Sunday, September 23, 2012

Kajian Teorisme


Kajian Teorisme
By:David Raja Marpaung S.IP M.Def

A. Definisi terorisme.
1.   Menurut Konvensi PBB tahun 1937, Terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.
2.   US Department of Defense tahun 1990. Terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau tindakan yang mengan-dung ancaman dengan kekerasan atau paksaan terhadap individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan tujuan politik, agama atau idiologi.

B. Motifasi Terorisme.
Teroris terinspirasi oleh motif yang berbeda. Motifasi terorisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori : rasional, psikologi dan budaya yang kemudian dapat dijabarkan lebih luas menjadi :

1.   Membebaskan Tanah Air. Pejuang - pejuang Palestina pada 15 Nopember 1988 memproklamasikan kemerdekaan-nya di Aljazair. Dalam mencapai tujuan tersebut pada akhirnya PLO terbagi atas dua front yaitu front Intifada dan gerakan radikal garis keras ( HAMAS ). Bagi negara Israel , PLO bagaimanapun bentuknya digolongkan ke dalam kelompok teroris
2.   Memisahkan diri dari pemerintah yang sah ( separatis ). IRA (Irish Republica Army ) dengan segala bentuk kegiatannya dicap sebagai teroris oleh pemerintah Inggris. . Di Indonesia ini sempat terjadi di Aceh, dan masih berlangsung di Papua.
3.    Sebagai protes sistem sosial yang berlaku. Brigade Merah Italia, yang bertujuan untuk membebaskan Italia dari kaum kapitalis multinasionalis, oleh pemerintah Italia dimasukkan ke dalam kelompok teroris. Di Indonesia hal ini dilakukan oleh kelompok islam radikal atau isla, garis keras yang tidak puas dengan system sosial, dan terutama system ekonomi kapitalis yang berkembang di Indonesia.
4.   Menyingkirkan musuh-mu-suh politik. Banyak digunakan Kadafi untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya dengan cara mengirirnkan DeadSquad untuk membunuh . Yang paling menonjol usaha membunuh bekasPM Libya A. Hamid Bakhoush di Mesir yang menggunakan pembunuhpembunuhbayarandari Eropa. Di Indonesia sendiri Presiden SBY sendiri pernah berkomentar kalau dirinya menjadi sasaran atau target teroris.

C. Tujuan Terorisme.
Tujuan dari teroris dapat dibedakan menjadi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka pendek.
1.   Memperoleh pengakuan dari lokal, nasional maupun dunia internasional atas perjuangannya.
2.   Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan keresahan di masyarakat.
3.   Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat keamanan lainnya.
4.   Menunjukkan ketidak-mampu-an pemerintah dalam melin-dungi dan mengamankan warganya.
5.   Mencegah ataupun menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif.
6.    Memuaskan atau membalaskan dendam.

Tujuan Jangka Panjang
1.   Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan seperti revolusi, perang saudara atau perang antar negara.
2.   Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.
3.   Mempengaruhi kebijaksanaan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional atau internasional.
4.   Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa atau kelompok nasional.

D. Rekrutmen
1.   Rekrutmen Berbasis Lembaga
Pertama, cara yang paling aman, mereka merekrut anggota-anggota baru itu dari bibit-bibit bermutu yang ada di lembaga-lembaga pendidikan milik mereka, seperti pesantren-pesantren atau bahkan sekedar pengajian-pengajian rutin.

Kepada calon-calon yang dimaksud, tim khusus yang ditunjuk akan mengadakan proses pengarahan secara sistematis. Dalam proses ini, perhatian tertuju lebih kepada indoktrinasi.

Dalam rentang waktu yang direncanakan, akan tiba waktunya calon-calon yang disiapkan itu dibaiat atau diambil sumpah setia. Mereka berikrar untuk mendengar dan menaati pimpinan mereka. Mereka juga bersumpah untuk tidak berkhianat kepada organisasi mereka, apa pun keadaan yang menuntut.

Mereka akan ditugaskan dalam satuan sel-sel kecil yang efektif. Karena itu, kerahasiaan mereka terjamin. Ketika satu sel dihancurkan oleh aparat pemerintah yang berwenang, keadaan itu tidak akan membahayakan sel-sel yang lain.

Masing-masing anggota sel hanya bertanggung-jawab kepada pimpinan sel. Bukan kepada pemimpin tertinggi atau imam mereka, sehingga gerak perjuangan mereka masih bisa terus berjalan dan melakukan regenerasi.

2.   Rekrutmen Berbasis Non-Lembaga
Kedua, cara yang praktis dan hemat biaya serta tenaga, mereka menjaring anggota-anggota baru dari masyarakat di sekitar mereka.

Dalam cara ini, tidak dibutuhkan pelatihan-pelatihan atau pembentukan-pembentukan fisik. Seorang calon anggota dapat direkrut untuk segera ditugaskan, apa pun resiko yang terjadi. Titik perekrutan terletak pada upaya persuasi orang yang merekrut.
Proses tersebut dimulai dari penjaringan calon-calon anggota. Jumlah calon anggota, biasanya, tidak banyak. Lima orang sudah dikatakan terlalu banyak. Kini kelompok teroris bahkan mengincar kaum muda kelompok pelajar sebagai operator di lapangan.

E. Pendanaan
Perampokan.
Operasi yang di-laksanakan oleh kelompok teroris adalah sangat mahal. Untuk mendanai kegiatan mereka teroris merampok bank atau mobil lapis baja yang membawa uang dalam jumlah besar. Perampokan bank juga dapat digunakan sebagai ujian bagi program latihan personil baru.

Pemerasan
Teroris sering menggunakan operasi pembajakan, terutama pesawat untuk meminta tebusan untuk membebaskan para sandera.
Cara lain adalah dengan penculikan orang orang penting atau keluarganya untuk mendapatkan tebusan dana dalam jumlah besar.

Hawalla System atau perdagangan fiktif
Kelompok teroris melakukan system perdagangan fiktif atau hawalla system untuk mencuci uang hasil kejahatan, atau mentransfer uang dari sponsor atau donor.
Misalnya sebuah kelompok teroris di Indonesia mengekspor barang rongsok yang diakui sebagai alat teknologi super canggih, dan dijual dengan sangat tinggi ke timur tengah yang merupakan pendana utama gerakan teroris.