GATOTKACA Wahana Udara Pengintai Nir-awak
by Ir. Ade Muhammad, M.Han
The paper presents a concept of the application of balloon based vehicle to become surveillance and radar early warning system, submarine hunting for the national security purposes.
The design is format of rhomboidal balloon box with dome shape gondola under and disc radome above, with ducted fan in the right and left tip also additional ducted fan in the tail section.
The helium gas is the prime option of fillings the balloon, but hydrogen gas also the secondary optional because it’s lower cost. With the additional four cylinders ballonet on each sides of the prime rhomboidal balloon box to enhanced the manoeuvrability, with dynamic gas filling system.
The type of this platform is a rigid airship, with outer shell by a composites radar absorbed material and flexible strength ballonet inside.
Abstrak
Paper ini memberikan konsep dari aplikasi wahana berbasis balon udara untuk dijadikan pengintai, radar peringatan dini, pemburu kapal selam untuk kepentingan keamanan nasional.
Format dari desain adalah balon belah ketupat dengan gondola parabolic terbalik dibawah dan kubah pipih diatasnya, dengan mesin ducted fan dikanan kiri dan depan belakang wahana.
Gas Helium adalah pilihan utama dari balonet, namun gas Hidrogen juga menjadi pilihan lain yang lebih murah. Dengan tambahan empat silinder balonet pada tiap tiap sisi balonet utama, untuk meningkatkan manuver dengan sistim pengisian gas dinamik.1. Pendahuluan
Bajak Laut Selat Malaka telah menempatkan Indonesia pada urutan 1 selama beberapa tahun terakhir, sebelum Somalia mengambil alih pada tahun 2008 (International Maritime Bureau – Piracy Reporting Center 2008).
Masalah perbatasan yang sangat panjang sekitar 2914,1 km, dimana terdapat 10 negara yang berbatasan laut dan 3 negara yang berbatasan darat (Reformasi Sistem Manajemen Perbatasan Indonesia - Dephan) dan harus diawasi serta masalah lingkungan seperti kebakaran hutan yang pada kurun 1997-98 saja, diestimasikan sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon (WWF-Indonesia), penggundulan hutan yang sangat liar dan meluas, ini semua membutuhkan wahana untuk dapat mendeteksi sedini mungkin dan melakukan respon seketika sebelum menjadi masalah yang berlarut.
Paper ini akan memperlihatkan bagaimana mencari solusi dengan melakukan langkah langkah sistimatika inovasi teknologi. Yang akan menghasilkan sebuah solusi konseptual.
2. Latar Belakang
Apakah mungkin didapatkan wahana intai yang dapat; berjalan lamban dan mengapung diudara, beroperasi pada ketinggian stratosfer
dan troposfer yang mempunyai waktu intai yang cukup lama dan harga yang terjangkau?
Tren Doktrin Dunia adalah Superioritas Udara (AIR-TO-AIR FORCE’S DOCTRINE AND TRAINING FOR AN AIR OCCUPATION 1997 –The Research Department US Air Command and Staff College), yaitu mencapai penguasaan penuh pada wilayah udara terlebih dulu, sebelum penguasaan pada wilayah perairan dan daratan.
Dimana kemampuan awalnya adalah Superioritas pada kemampuan intai strategisnya. Artinya bukan hanya mengandalkan radar serta sensor di permukaan saja, namun juga pada radar, sensor dan optik elektronik yang bisa beroperasi di udara dan ketinggian optimum.
Disisi lain, ada sebuah fenomena wahana balon udara berpendorong yang dikenal sejak 1930-an. Graaf Zeppelin adalah salah satu pelopornya, dengan wahana Hindenburg. Sejak saat itu wahana balon udara berpendorong ini menjadi fenomena tersendiri, apalagi ketika GoodYear memproduksi serial balon udara nya sendiri untuk kepentingan iklan. Wahana ini dikenal juga dengan sebutan “BLIMP” (US War Department, Airship Aerodynamics: Technical Manual, (1941) 2003).
Paper ini akan mengaplikasi fungsi dari Pengintai tak Berawak pada Wahana “Blimp” ini dan berikut adalah langkah langkahnya.
3. Analisis Konseptual
3.1 Kebutuhan
Sebuah wahana yang dapat terbang lamban, melayang di udara dalam jelajah jangka waktu seminggu sampai 10 hari di ketinggian antara stratosfer dan troposfer dan dapat melakukan kegiatan intai elektronika serta optic-elektronika serta nir-awak yang dapat dikendalikan dari jarak jauh dalam cuaca berangkat dan kembali yang tenang.
3.2 Konteks
Syst. On Influence Wider SOI Environment Environment
Direct control direct influence indirect influence macro Env
System personnel logistic, support policy, strategy political decision
Skenario
Skenario | Normal | Perkembangan | Pengecualian |
Operation | Intai Angkasa rutin | Intai Angkasa khusus | Intai – jarak terlalu jauh dan butuh waktu cepat |
Threats actors | Bajak Laut, Penyelundup, Gerilyawan, Kerusakan Hutan. Objek Angkasa tak-Dikenal | Pesawat Tempur, Peluru Kendali, Deteksi Kapal Selam, Pergerakan Pasukan | Obyek Tempur tak-terdeteksi (Teknologi Siluman) |
Take-off/Landing Situation | Cuaca Tenang | Cuaca Buruk | Badai dan Angin Topan |
Routes | Pangkalan – Rute rutin – Pangkalan | Pangkalan – Rute rutin – Rute tambahan - Pangkalan | Pangkalan – Rute Jelajah – Pangkalan Aju – Rute Baru – Pangkalan Aju – Rute Jelajah kembali – Pangkalan |
Control coverage | Line Of Sight dan Relay Satelite | Satelite Relay – Kontrol Mobil | Kendali otomatik ketika hilang control |
Protection | Pasif – Tipuan elektronika | Aktif – menembakkan kanon dan memanggil pesawat tempur untuk menghalau pesawat tempur musuh | Lemah pada serangan pesawat tempur berteknologi siluman |
Situation Role | Pasca Konflik / Damai Deteksi Radar permukaan / udara, pengintaian optik-elektronik | Awal Konflik / Konflik (+) Deteksi sonar untuk kapal selam, pertahanan aktif terbatas, Relay Telekomunikasi, | Konflik Berat (+) modifikasi untuk tugas tugas khusus seperti Jamming Telekomunikasi / Elektronika |
3.3 Kemampuan yang diharapkan
Mampu melakukan jelajah dengan kecepatan maksimum 200 km/jam pada ketinggian maksimum 10,000 m dengan jarak operasi 1,000 km mempunyai bobot maksimal 1 ton kemampuan deteksi radar 200,000 km², sonar deteksi kapal selam dan 100,000 km² cakupan pengamatan visual per hari, serta kemampuan operasional setidaknya 7 hari non-stop.
3.4 Permintaan Desain Sistim
3.4.1 Sistim Apung Udara
Tabel Helium
(Balloon Lift with Lighter than Air Gasses)
Lift of Helium Balloons
Dia. Ft. Vol. l Lift gr. Lift Lbs.
1 14.83 15.2 0.03
2 118.62 121.7 0.27
3 400.34 410.9 0.91
4 948.96 973.9 2.15
5 1853.45 1902.2 4.19
6 3202.76 3287.0 7.25
7 5085.86 5219.7 11.51
8 7591.72 7791.5 17.18
9 10809.30 11093.7 24.46
10 14827.58 15217.7 33.55
11 19735.50 20254.8 44.65
12 25622.05 26296.2 57.97
13 32576.18 33433.3 73.71
14 40686.87 41757.4 92.06
15 50043.07 51359.8 113.23
16 60733.75 62331.8 137.42
17 72847.88 74764.7 164.83
18 86474.42 88749.8 195.66
19 101702.34 104378 230.12
20 118620.61 121741 268.40
21 137318.18 140931 310.70
22 157884.03 162038 357.24
23 180407.11 185154 408.20
24 204976.41 210369 463.79
Sehingga rasio daya angkat 1 gr = V He / berat beban terangkat (1)
= 14.83 / 15.2 = 0.9756579 ltr Helium (1)
Tabel Hidrogen
(Balloon Lift with Lighter than Air Gasses)
Dia. Ft. Vol. l Lift gr. Lift Lbs.
1 14.83 16.5 0.04
2 118.62 132.3 0.29
3 400.34 446.4 0.98
4 948.96 1058.1 2.33
5 1853.45 2066.6 4.56
6 3202.76 3571.1 7.87
7 5085.86 5670.8 12.50
8 7591.72 8464.8 18.66
9 10809.30 12052.5 26.57
10 14827.58 16532.9 36.45
11 19735.50 22005.3 48.51
12 25622.05 28568.8 62.98
13 32576.18 36322.7 80.08
14 40686.87 45366.2 100.02
15 50043.07 55798.5 123.02
16 60733.75 67718.7 149.29
17 72847.88 81226.0 179.07
18 86474.42 96419.8 212.57
19 101702.3 113399.0 250.00
20 118620.6 132263.0 291.59
21 137318.2 153111.0 337.55
22 157884.0 176042.1 388.11
23 180407.1 201155.5 443.47
24 204976.4 228550.5 503.87
Sehingga rasio daya angkat 1 gr = 14.83 / 16.5 = 0.8987879 ltr Hidrogen (1)
Sistim Balonet
Balonet adalah balon didalam cangkang utama wahana. Balonet utama dalam system ini mempunyai bentuk dasar segitiga dan membentuk formasi belah ketupat, dan mempunyai empat balonet silinder
tambahan di empat sisinya, sebagai unsur dinamika kesetimbangan dalam bermanuver.
Luas = ½ d1.d2 (2)
d1= 120 m
d2= 60 m
Luas = ½ 120m.60m = 7,200m²
Dan tinggi balon ditentukan 10 meter, sehingga volume dapat dihitung sbb;
Volume = Luas.tinggi (3)
|
= 72,000m³
Dalam konsep ini, bobot keseluruhan tidak boleh melebihi 1 ton atau 1,000,000 gram. Sehingga didapat Volume gas Helium;
Volume = 1,000,000 . 0.9756579 ltr Helium(2)
Volume = 975,657.9 ltr Helium
Sehingga Rasio Helium dalam perkubik ruang balonet utama dapat diperkirakan
Rasio H/kubik ruang = 975,657.9 ltr He (4)
72,000m³
= 13.5 ltr/m³
Untuk mencari tekanan per kubik kita dapat menggunakan rumus Gas Ideal/ Boyle Law
PV = nRT (5)
Dimana P=tekanan dalam kilopascal (kPa), V=volume litres(L) = 13,5 L, n=mol dari gas Helium, T=suhu dalam Kelvin(K) = asumsi suhu pangkalan 30 C atau 298.15 kelvin, R adalah bilangan Reynold dengan R = 8.314 J K-1 mol-1, sehingga harus dicari mol Helium terlebih dulu
Diketahui Helium 0.1786 g/L, artinya dalam tiap liter terdapat 0.1786 g massa Helium. Sehingga untuk dapat dicarikan berapa total gramnya dengan volume 13,5 Liter.
Total berat Helium = 0.1786 g/L . 13,5 L (5)
= 2.41 gram
Mol helium = 2,41 g : 4.00260 g.mol -1 (6)
= 0.6 mol
Dengan demikian maka untuk mencari tekanan Helium dapat dicari ;
P(13,5)= (0.6)8.314(298.15 kelvin) (7)
= 1487.29 : 13,5 = 110.16 kPa
|
Manuver datar
Disini untuk manuver tinggal-landas dapat dibantu dengan pengisian balonet silinder depan dengan Helium dan pengisian balonet silider belakang dengan udara biasa, dikombinasi dengan daya dorong mesin pendorong. Sehingga menghasilkan manuver menanjak dengan cepat (lihat gambar 003).
Manuver menanjak
Demikian juga sebaliknya, ketika manuver menukik sebelum pendaratan, dilakukan pengisian balonet silinder belakang dengan Helium dan balonet silinder depan dengan udara biasa (lihat gambar 004).
Manuver menukik
Volume tiap silinder dapat ditentukan sebagai berikut
Volume = Luas . tinggi = л r² . tinggi (8)
Mencari tinggi/panjang silinder ;
Tg θ = 60/30 = 2 (9)
θ = 63,43̊
Sin 63,43̊ = 60m (10)
Panjang
Panjang = 60 / 0.8944
= 67.08 m
Sehingga Volume balonet silinder;
Volume = 3,14. 2.5² . 67 (8)
= 1,315.54 m³
Dengan rasio Helium /kubik ruang = 13.5 ltr/m³ maka Volume Helium dalam tiap balonet silinder adalah
Volume Helium = Luas . tinggi (3) =1,315.54 m³ . 13.5 ltr/m³
=17,759.81ltr/blnt silinder
Total balonet silinder . 4 = 71,039.24 ltr
Ini bisa menghasilkan daya angkat tambahan pada bobot;
1 gram beban = 0.9756579 ltr Helium (1)
Beban = 71,039.24 ltr
0.9756579 ltr
Beban = 72,811.62 gram
Atau Beban = 72.811 kg
3.4.2 Sistim Pendorong
Konfigurasi
Sistim pendorong terdiri dari empat fan dalam silinder aerodinamik (ducted fan system). Dua ducted fan terdapat di depan dan belakang, dan mempunyai poros vertikal untuk menghasilkan daya dorong ke 180° arah horizontal. Dua ducted fan terdapat di ujung samping kanan dan kiri, dan mempunyai poros horisontal untuk menghasilkan daya dorong ke 180° arah vertikal. Lihat gambar 006.
Gambar 006
Daya
Menggunakan motor listrik dengan masing masing mempunyai 300 PK (Paar de Krag) 220 KW. Sehingga total dorong maju atau mundur penuh adalah 1,200 PK 880 KW.
Dengan menggunakan perbandingan Skyship 600, yang mempunyai rasio dorong daya kuda per bobot;
Rasio PK / bobot = 1,200 PK (11)
5,500 kg bobot Airship
= 0.218 PK / kg
Artinya tiap kg bobot dibutuhkan 0.218 PK untuk dapat didorong.
Perbandingan PK:V max (12)
0.218 : 64 km/jam
Dari sini kita dapat menghitung kecepatan maksimum dengan Daya 1200 PK dan bobot 1,000 kg
Rasio PK / bobot = 1,200 HP (11)
1,000 kg bobot Gatotkaca
= 1.2 HP / kg
0.218 : 64 km/jam = 1,2 : VmaxGatotkaca (12)
V max Gatotkaca = 64 . 1.2 = 325.3 km/jam
0.218
3.4.3 Sistim Intai Elektronika
Konfigurasi letak
Sistim intai elektronika utama adalah radar yang diletakkan diatas dengan piringan yang berputar.
Radar permukaan
Radar yang dapat meliput 312,000 km² serta dapat dan radar yang berkemampuan deteksi menembus awan dan badai pasir.
3.4.4 Sistim Intai Optik
Konfigurasi letak
Sistim intai visual yang terdiri dari optik elektronika yang diletakkan kubah (dome) terbalik yang dapat melihat ke bawah dan kesamping.
Optik Elektronika
Optika yang digunakan adalah untuk dapat melihat visual dari jarak ketinggian 10 km dari bumi dengan kejelasan sampai fokus 100 mm. sehingga dapat melihat dengan jelas misalkan plat kendaraan bermotor atau wajah manusia.
Sensor
Dengan menggunakan F/DLIR (Forward/Downward Looking Infrared), yang terpasang di kubah gondola, ini akan dapat melakukan penjejakan suhu (termal) dan pandangan saat malam (Night Vision). Paket ini akan terintegrasi dengan perangkat optikal intai.
Sensor lain adalah Sonar Celup, yang bekerja dengan mencelupkan sonar kedalam permukaan laut untuk mendeteksi akustik mesin dan derau baling baling kapal selam. Khusus operasi ini maka wahana akan bekerja di ketinggian rendah, sekitar 50 meter dari permukaan laut. Sehingga bisa mengulur kabel dari Sonar Celup dan segera melakukan reaksi ketika mendeteksi kapal selam yang tidak dikenal. Baik dengan memberi tahu posisi kapal selam pada kapal penghancur kapal selam terdekat, maupun melakukan tindakan anti kapal selam secara mandiri (dengan modifikasi penambahan kemampuan angkut torpedo).
3.4.5 Sistim Aerodinamika
Kesetimbangan
Untuk menjamin kestabilan, maka geometrik wahana dibuat dengan simetris sempurna, artinya mempunyai penyeimbang yang sama disisi yang lain. Kemudian dengan menaruh posisi kubah gondola tepat ditengah tengah, sehingga memberikan posisi yang tepat untuk pusat gravitasi wahana.
Kendali
Pengendalian aerodinamika, tidak menggunakan sirip datar (aileron) atau sirip tegak (rudder) namun pada gerakan mesin pendorong yang bisa melakukan pendorongan horisontal atau vertikal atau kombinasinya pada wahana ini.
Geometrika
Dengan mengadopsi bentuk belah ketupat yang pipih serta tepi yang tajam maka diharapkan akan dicapai efisiensi aerodinamika yang tinggi. Demikian juga dengan kubah atas untuk radar dan kubah bawah untuk sensor dan optik elektronika.
Ketika terjadi kebocoran pada semua balonet utama misalnya, maka diharapkan geometrika ini akan memberikan keuntungan dengan efek terbang layang ketika jatuh (gliding) yang masih bisa di arahkan (steering) dengan kombinasi dorongan vertikal dan horisontal dari ducted fan. Jika skenario ini yang terjadi maka wahana dapat diprogram untuk terbang menyamping, yang akan memanfaatkan luasan bidang untuk menahan udara dan bisa mendarat dengan lembut.
Untuk efek dan karakteristik yang akurat dari aerodinamika wahana ini masih perlu dilakukan penelitian wind tunnel dan eksperimentasi lanjutannya.
3.4.6 Sistim Pertahanan
Pasif
Sistim pertahanan pasif dari wahana ini adalah ketinggian yang optimum, sehingga peluru atau roket kendali musuh tidak bisa menjangkau dari udara. Jika ada pergerakan pesawat atau kapal tidak dikenal yang mencurigakan, wahana intai ini dapat memonitornya dari jarak yang sangat jauh, sehingga cukup waktu memanggil pesawat tempur dari pangkalan terdekat atau rute patroli terdekat.
Jika terdapat ada roket kendali anti pesawat yang cukup kuat, maka pertahanan pasif akan meningkatkan kerjanya dengan mengacaukan sinyal elektronika kendalinya dengan proses yang disebut dengan jamming.
Atau bisa juga dilakukan tipu daya dengan memberikan “tanda tubuh palsu” dimata radar pembandunya (radar cross section) melalui peluncuran Chaff, yang jika meledak akan menyebarkan lempengan lempengan aluminium sehingga menyerupai tanda tubuh wahana (false radar cross section).
Kemudian untuk roket kendali berpandu pencari panas (heat seeking missile), wahana tidak mengeluarkan panas dari gas buang pembakaran mesin. Karena mengandalkan pada sistim daya panel surya dan generator tenaga magnetika. Namun jika ada roket kendali berpandu panas yang dideteksi mendekat, maka akan dilontarkan beberapa buah penipu panas (Flare), yang akan memancarkan panas ke arah lain.
Aktif
Pertahanan aktif adalah melakukan tindak langsung berhadapan dengan musuh dengan melancarkan serangan terlebih dulu atau membalas serangan lawan.
Namun untuk bisa melakukan ini, wahana harus di modifikasi terlebih dahulu untuk menampung sistim senjata dan dipastikan akan menambah bobot angkut. Menambah lambannya pergerakan wahana.
Sehingga pilihan ini hanya untuk skenario lanjutan atau pengecualian. Itupun hanya memberikan waktu tunda sekitar 30 – 240 detik sampai pesawat tempur dari pangkalan terdekat datang melindungi.
Sistim senjata yang dapat digotong di wahana ini adalah peluru kendali anti pesawat jarak menengah (dengan operasi pada jarak 105 km/65 miles), peluru kendali jarak pendek (operasi pada jarak 12 miles/19 km), torpedo anti kapal selam dan permukaan, kanon multilaras 30 mm untuk perlindungan anti serangan roket kendali.
Ini semua dioperasikan otomatis namun masih membutuhkan otorisasi manusia pengendali, untuk menghindari salah tembak pada objek objek udara sipil yang tidak berbahaya.
3.4.7 Sistim Daya
Panel Surya
Panel surya diletakkan pada permukaan atas wahana, dengan jatah luasan 7,200m² dikurangi oleh luas kubah pipih radar dengan jari jari 5m.
Luas efektif untuk panel = 7,200m² - (л r²) (13)
= 7,200 – (3.14. 5²)
= 7,200 – 78.5
= 7,121.5m²
Dengan luasan efektif 7,121.5m² maka bisa dilakukan pemasangan optimum sekitar 7,000 m², sementara diketahui effisiensi tinggi daya panel adalah 1 kW/ m² (DARPA) sehingga kapasitas produksi daya panel bisa terhitung.
Daya Panel Surya = Luas. Daya Panel/ m² (14)
= 7,000 m². 1 kW/ m²
= 7,000 kW atau 7 mW
Kelebihan daya akan tersimpan dalam baterai untuk operasi pada malam harinya.
Generator Cadangan
Dipasang sebagai cadangan, ketika pasokan listrik tidak mencukupi atau ketika beroperasi di bawah awan tebal semisal, ketika operasi pemburuan kapal selam pada ketinggian 20-50 meter dari permukaan laut.
3.4.8 Sistim Kendali
Line Of Sight
Sistim kendali ini adalah sistim kendali radio langsung, selama tidak terhalang oleh objek yang sangat besar (seperti gunung) serta lama atau kelengkungan bumi maka kontrol dapat dilakukan penuh.
Satelit
Sistim kendali berikutnya yang bersifat me-relay perintah atau data ke satelit sebelum diteruskan ke stasiun pengendali atau ke wahana udara.
Sistim kendali jarak jauh ini diutamakan untuk dapat menghemat tempat, bobot (seperti konsol pemroses data) dan manusia yang harus ikut pada penerbangan wahana ini.
3.5 Teknologi yang diinginkan
3.5.1 Mobilitas
Teknologi yang diinginkan serta rekomendasikan untuk digunakan pada unsur mobilitas adalah empat unit ducted fan motor elektrik dengan kemampuan masing masing 300 PK dan dilengkapi teknologi pembalik arah dorong (reverse trust) serta dapat berputar 360º pada sumbunya.
Kemampuan apung dengan teknologi struktur teguh (rigid structure) aluminium alloy dengan kulit permukaan dari komposit serat karbon yang sangat liat dan kuat, sebagai cangkang, dan didalamnya terdapat 2 unit balonet utama dan 4 unit balonet silinder.
Kombinasi daya apung dan gaya dorong ini akan menghasilkan kemampuan stabilisasi otomat. Sehingga wahana dapat berjalan atau berhenti sesuai dengan program atau perintah. Sementara itu, kendala dorongan angin dari berbagai macam arah akan di hitung secara cepat oleh sistim kendali kemudian dari sini akan di kompensasi secara otomatis oleh ke empat motor elektrik.
Untuk mendukung mobilitas, juga dipasok daya dari tenaga matahari dengan standard DARPA dan teknologi baru generator dengan penggerak magnetik (Stephen L. Patrick, Thomas E. Bearden, James C. Hayes, Kenneth D. Moore, and James L. Kenny, Motionless Electromagnetic Generator à US Patent # 6,362,718 atau penemuan Yorkshire University) yang memang masih memerlukan penyempurnaan dan pengembangan. Terutama dalam memenuhi kebutuhan wahana ini. Namun dengan masa depan yang sangat menjanjikan.
3.5.2 Intai
Paket pengintai terdiri dari teknologi Doppler radar yang pada ketinggian 9,150 meter (30,000 kaki) dapat meliput 312,000 km² serta dapat menjejaki sebuah objek terbang dari jarak 400 km (250 mil) (kemampuan AWACS) tiga wahana seperti ini berjajar saling melengkapi akan dapat meliput seluruh benua Eropa tengah (AWACS;NATO eyes in the skies),
Gambar 007. E-3 Sentry AWACS (Wikipedia AWACS)
dan teknologi synthetic aperture radar (SAR) yang dapat menembus awan dan badai pasir, electro-optical (EO), dan sensor infrared (IR) dengan kemampuan memindai wilayah seluas 100,000 km² per hari (kemampuan RQ4 Global Hawk).
Gambar 008. RQ4 Global Hawk
Pada fungsi patroli Intai Bawah Air, teknologi sensor yang diperlukan adalah Sonar.
Pada dasarnya teknologi sonar berdasarkan pada dua moda, pertama adalah moda sonar aktif dan moda sonar pasif. Teknologi ini terdiri dari generator sinyal, power amplifier dan elektro akustik pengarah serta beamformer. Kemudian ada yang dinamakan detektor celup yang disebut sebagai Sonobuoy.
Moda sonar aktif adalah mengeluarkan suara kemudian (seperti bunyi “ping”) dibiarkan menjalar dan jika mengenai sebuah objek, maka akan didapat pantulan suara kembali yang ditangkap oleh pendengar (speaker). Dari sini dengan komputer dapat didapat arah dan jarak dari objek itu terhadap Sonar yang dicelupkan (Sonobuoy) dan di kerek via kabel oleh wahana yang melayang diatasnya.
Moda sonar pasif adalah mendengarkan secara pasif, suara suara yang terdengar di lintasan patroli Sonar Celup tersebut. Jika pola suara terdapat pola pola suara derau baling baling atau suara mesin kapal selam, maka komputer akan segera mengunci arah dan jaraknya (Sonar System;US Naval Sonar).
Gambar 009. Sonobuoy
Baik Radar Dopler, SAR, EO, IR dan Sonar dilakukan secara bersamaan. Namun data data dari semua ini dikirim secara sinyal terpisah. Setelah hasil pindai semua didapat, maka disampaikan ke unit darat yang disebut sebagai Mission Control Element (MCE) baik langsung maupun via satelit.
Setelah itu baru data data ini diproses oleh konsol konsol prosesor elektronika dan disajikan secara terintegrasi dengan pilihan moda (moda tampilan radar saja atau tampilan termal saja atau moda tampilan gabungan dan moda tampilan kombinasi lainnya), namun dicatat (data record) secara terpisah. Hasil simpan data ini dapat dijadikan bahan untuk evaluasi secara terpisah.
Untuk navigasi menggunakan navigasi internal yang diintegrasikan dengan data terbaru (data updates) dari Global Positioning System. Wahana ini dimaksudkan sebagai wahana mandiri dengan melakukan pemrograman rute sebelum operasional, namun juga dapat melakukan rute dengan mengirimkan perintah rute terbaru ke sistim navigasinya atau kendali penuh waktu.
3.5.3 Perlindungan
Perlindungan terhadap wahana ini memerlukan teknologi teknologi sebagai berikut;
Teknologi elektronika untuk melakukan jamming frekuensi radar lawan. Mula mula memang harus dilakukan dulu apa yang dinamakan dengan usaha untuk penyadapan frekuensi dari radar musuh atau Electronic Support Measures (ESM) (The U. S. Navy Electronic Warfare - United States Naval Institute Proceedings). Kegiatan untuk mendeteksi, mencegat, identifikasi, melokasikan, mencatat dan analisa sumber dari radiasi energi elektromagnetika untuk tujuan pengenalan ancaman (seperti radar lawan). Kemudian informasi ini sangat berguna untuk tindakan berikutnya seperti Perlindungan Elektronika (Electronic Protection-EP), Serangan Elektronik (Electronic Attack-AP dengan Electronic Counter Measures-ECM atau tindak balas elektronika – Electronic Counter Counter Measures-ECCM), penghindaran, pentargetan dan juga Intelijen Sinyal (Signal Inteligent-SIGINT), Komunikasi Intelijen (Communications Intelligence-COMINT) dan Intelijen Elektronika (Electronics Intelligence -ELINT). Biasanya yang diperhatikan adalah frekuensi 30 MHz – 50 GHz.
Ada beberapa merek komersial di pasaran, namun perangkat perang elektronika ini memang normalnya merupakan teknologi “racikan” swadaya sendiri.
Perlindungan berikutnya adalah penggunaan teknologi pengecohan sinyal menggunakan umpan atau decoy.
Ada dua teknologi untuk umpan, pertama adalah teknologi flare dan kedua teknologi chaff. Umpan flare ditujukan untuk mengeluarkan radiasi inframerah, komposisinya terdiri dari bahan bakar, oxidizing agent dan pembundel. Komposisinya tidak mengandung metal atau halogen atau racikan yang terdiri dari halogen atau metal. Flare ini akan dilontarkan dan terbakar sehingga menjadi target baru bagi sensor pencari panas roket kendali. Jenis yang paling banyak digunakan adalah MJU 7 A/B, MJU 53 B buatan Amerika Serikat.
Sementara teknologi Chaff dimaksudkan untuk menyembunyikan tanda radar dari wahana dengan tanda radar yang lebih besar lagi, hasil ledakan umpan Chaff yang akan menyebarkan serpihan fibreglass yang dilapis alumunium, membentuk awan yang akan menarik perhatian sensor roket kendali. Sehingga arah roket kendali bisa dialihkan ke arah lain. Jenis yang banyak digunakan adalah AN/SLQ-49 buatan Amerika atau RSD buatan IMI Israel.
Gambar 010.Chaff Tactics
Gambar 010.Chaff
Teknologi pertahanan selanjutnya adalah menggunakan peluru kendali atau roket kendali. Sebagai tindakan pertahanan aktif.
Namun ini merupakan modifikasi dengan tambahan roket kendali yang cukup berat. Sehingga yang harus dikorbankan adalah kecepatan yang akan otomatis menjadi lebih lamban. Sistim pertahanan aktif ini hanya ditujukan pada konteks lingkungan operasi yang sangat rawan pada serangan pesawat tempur musuh (hostile context environment). Modifikasi pertama adalah untuk memperkuat struktur airframe dengan material yang lebih kuat dan pemasangan pylon untuk mencengkram roket kendali. Perkiraan awal idealnya adalah untuk dapat membawa sekitar 4 roket kendali, 2 unit jarak menengah dan 2 unit jarak dekat.
Gambar 011. AIM 120 AMRAAM
Perkiraan berat tambahan (15)
AIM-120 AMRAAM 2 x 150.75 kg
AIM- 9 Sidewinder 2 x 91 kg
Pylon mechanism 2 x 50 kg
AIM-120 AMRAAM 301.5 kg
AIM- 9 Sidewinder 182 kg
Pylon mechanism 100 kg
583.5 kg
583.5 kg
Gambar 011. AIM 9 Sidewinder
Berat total wahana (16)
Wahana Gatotkaca 1,000 kg
Berat Tambahan 583.5kg
1,583.5kg
Persentase Tambahan = 583.5 x 100% (17)
1,000
=58.35 % lebih berat
Volume = 1,583,000 . 0.9756579 ltr Helium(2)
Volume = 1,544,466.5 ltr Helium
Sehingga Rasio Helium dalam perkubik ruang balonet utama dapat diperkirakan
Rasio H/ m³ ruang = 1,544,466.5ltr He (4)
72,000m³
= 21.45 ltr/m³
Dari Rasio H/ m³ ruang awal 13.5 ltr/m³
Tekanan baru dapat dihitung;
Total berat Helium = 0.1786 g/L . 21.45 L (5)
= 3.83 gram
Mol helium = 3.83 g : 4.00260 g.mol -1 (6)
= 0.957 mol
Dengan demikian maka untuk mencari tekanan Helium dapat dicari ;
P(21.45)= (0.957)8.314(298.15) (7)
= 2372.53 : 21.45 = 110.06 kPa
Rasio PK / bobot = 1,200 HP (11)
1,583.5kg ketika bersenjata
= 0,7 HP / kg
0.218 : 64 km/jam =0,75:V max bersenjata(12)
V max bersenjata = 64 . 0,75 = 325.3 km/jam
0.218
= 222.5 km/jam
Beda V = V Gatotkaca – V bersenjata (18)
= 325.3 – 222.5 = 102.8 km/jam
Berarti lebih lamban 102.8 km/jam berbanding kondisi tidak bersenjata.
Demikian juga dengan pemasangan senapan mesin untuk perlindungan aktif. Ada tiga teknologi senapan mesin yang menjadi pilihan, pertama kaliber 7.62 mm 7 laras berputar M134 Minigun dengan 6,000 peluru per menit, dengan 4,000-rantai peluru, berbobot 14 kg, sangat cocok untuk menembak sasaran jarak 500m -1 km, biasanya untuk bantuan tembakan udara ke darat. Sangat efektif dalam operasi penyerangan bajak laut atau mendukung serangan udara dengan rentetan tembakan (straffing) yang merata (Jane's Weapon Systems).
Gambar 013. M134 Minigun
Teknologi kedua adalah kaliber 20 mm M61 Vulcan penggerak hidrolik pneumatic, enam laras ditembakkan secara elektrik dengan sistim Gatling, 6,600 peluru per menit, persediaan 1,200-peluru rantai, berbobot 248 lb (112 kg). Ideal untuk jarak sasaran sekitar 1 – 5 nautical miles atau 9 km (Jane's Weapon Systems). Sistim ini juga digunakan untuk menangkis serangan roket kendali musuh yang datang.
Gambar 014. M61 Vulcan
Teknologi ketika adalah kaliber 30 mm GAU 8 Avenger penggerak elektrik penuh, tujuh laras, sistim Gatling, 3,900 peluru per menit, 1,174-rantai peluru, dengan berat total sistim 1,830 kg. Sangat ideal untuk menembak sasaran dengan jarak tembak sekitar 15 km dan menghancurkan bagian kubah atap tank (Jane's Weapon Systems).
Dari ketiga pilihan tadi yang paling tidak mempunyai pengaruh signifikan pada berat adalah teknologi M134 Minigun dengan bobot sistim hanya 14 kg. Bisa membawa empat unit M134 di ke empat sudut wahana dan hanya menambah sekitar 56 kg saja.
Sementara untuk pilihan teknologi M61 Vulcan, idealnya membawa dua unit sistim ini dengan menggunakan kubah pelindung untuk melancarkan aspek aerodinamika, dengan pergerakan horizontal 360° dan gerak laras atas bawah 0-90° dengan perhitungan berat;
Perkiraan berat tambahan (15)
M61 Vulcan 2 x 248 kg
Kubah pelindung 2 x 75 kg
M61 Vulcan 496 kg
Kubah pelindung 150 kg 646 kg
Berat total wahana (16)
Wahana Gatotkaca 1,000 kg
Berat Tambahan M61 V 646 kg
1,646 kg
Persentase Tambahan = 646 x 100% (17)
1,000
= 64,6 % lebih berat
Volume = 1,646,000 . 0.9756579 ltr Helium(2)
Volume = 1,605,932.9 ltr Helium
Sehingga Rasio Helium dalam perkubik ruang balonet utama dapat diperkirakan
Rasio He/ m³ ruang = 1,605,932.9ltr He (4)
72,000m³
= 22.3 ltr/m³
Dari Rasio He/ m³ ruang awal 13.5 ltr/m³
Total berat Helium = 0.1786 g/L . 22.3 L (5)
= 3.98 gram
Mol helium = 3.98 g : 4.00260 g.mol -1 (6)
= 0.995 mol
Dengan demikian maka untuk mencari tekanan Helium dapat dicari ;
P(22.3)= (0.995)8.314(298.15) (7)
= 2466.55 : 22.3 = 110.607 kPa
Rasio PK / bobot = 1,200 HP (11)
1,646 kg dengan M61 V
= 0,73 HP / kg
0.218 : 64 km/jam = 0,75:V max M61 V (12)
V max dengan M61 V= 64 . 0,73= 214 km/jam
0.218
= 214 km/jam
Beda V=V Gatotkaca – V dengan M61V (18)
= 325.3 – 214 = 111.3 km/jam
Berarti lebih lamban 111.3 km/jam berbanding kondisi tidak bersenjata dengan M61V.
Kemudian untuk pilihan dengan menggunakan teknologi GAU 8 Avenger; idealnya membawa satu unit sistim ini dengan perhitungan berat;
Perkiraan berat tambahan (15)
GAU 8 Avenger 1 x 1,830 kg
Silinder pelindung 1 x 100 kg
1,330 kg
Berat total wahana (16)
Wahana Gatotkaca 1,000 kg
Berat Tambahan GAU 8A 1,330 kg
2,330 kg
Persentase Tambahan = 2,330x 100% (17)
1,000
= 233% lebih berat
Volume = 2,330,000 . 0.9756579 ltr Helium(2)
Volume = 2,273,282.9 ltr Helium
Sehingga Rasio Helium dalam perkubik ruang balonet utama dapat diperkirakan
Rasio He/m³ruang = 2,273,282.9ltr He (4)
72,000m³
= 31.57 ltr/m³
Dari Rasio He/ m³ ruang awal 13.5 ltr/m³
Total berat Helium = 0.1786 g/L . 31.57 L (5)
= 5.638 gram
Mol helium = 5.638 g : 4.00260 g.mol -1 (6)
= 1.4 mol
Dengan demikian maka untuk mencari tekanan Helium dapat dicari ;
P(31.57)= (1.4)8.314(298.15) (7)
= 3491.875 : 31.57 = 109.925 kPa
Rasio PK / bobot = 1,200 HP (11)
2,330 kg dengan GAU 8A
= 0,515 HP / kg
0.218 : 64 km/jam = 0,515:VmaxGAU8A (12)
V max GAU8A = 64 . 0,515= 214 km/jam
0.218
= 151.2 km/jam
Beda V=V Gatotkaca – V dengan GAU8A (18)
Sehingga lebih lamban 174.1 km/jam dengan tambahan GAU 8 Avenger.
Gambar 015. GAU 8 Avenger
Namun sebagai catatan gaya tolak balik GAU 8 Avenger sangatlah besar yaitu sebesar 45 kN (sebagai perbandingan; setengah dari gaya dorong pesawat tempur A-10 Warthog - 82.6 kN) (GAU 8 Avenger homepage), sehingga bisa dipastikan wahana akan tergeser dari posisi awalnya atau bergerak mundur pada tiap tendangan. Sehingga harus secara otomatik dikoreksi arah dan posisi setiap habis melakukan tembakan rentet oleh sistim navigasi dan penggeraknya. Bobotnya juga tidak memungkinkan digerakkannya laras ke berbagai arah, sehingga harus di-setting pada sudut tertentu dan arah tertentu. Sangat merugikan dalam hal taktik, karena tidak bisa menetralkan ancaman roket kendali yang datang dari berbagai macam arah.
Ini membuat pilihan penggunaannya menjadi tidak taktis, dan berat, dimana tidak diperlukan kanon untuk menghancurkan tank musuh, karena bisa diambil alih perannya oleh helikopter serang anti tank. Tentu saja dengan pasokan informasi dari wahana ini.
Pilihan terakhir teknologi dari pertahanan aktif adalah penggunaan torpedo.
Ini diperlukan dalam fungsi Intai Bawah Laut, dengan menggunakan pelacak sonar. Dimana ketika ditemukan ancaman bawah air, maka ketika diotorisasikan untuk menghancurkan secara mandiri, maka wahana dapat melakukan penghancuran dengan meluncurkan torpedo. Untuk pertahanan aktif ini, cukup membawa sebuah torpedo dengan teknologi setara dengan Mark 46 light torpedo buatan Amerika. Dengan kemampuan kecepatan ganda, reciprocating external combustion; Mono-propellant (Otto fuel II) 28 knots (32 mph, 52 km/h), sistim pemandu akustik aktif maupun pasif, moda pencarian – pola ular dan lingkaran, hulu ledak 98 lb (44.5 kg) dari PBXN-103 high explosive (bulk charge) (FAS;Mk 46 Torpedo).
Perkiraan berat tambahan (15)
Mk 46 1 x 234.8 kg
Silinder pelindung 1 x 50 kg
334.8 kg
Berat total wahana (16)
Wahana Gatotkaca 1,000 kg
Berat Tambahan Mk 46 334.8 kg
1,334.8 kg
Persentase Tambahan = 334.8x 100% (17)
1,000
= 33.48% lebih berat
Volume = 1,334,800 . 0.9756579 ltr Helium(2)
Volume = 1,302,308.2 ltr Helium
Sehingga Rasio Helium dalam perkubik ruang balonet utama dapat diperkirakan
Rasio He/ m³ruang = 1,302,308.2ltr He (4)
72,000m³
= 18.09 ltr/m³
Dari Rasio He/ m³ ruang awal 13.5 ltr/m³
Total berat Helium = 0.1786 g/L . 18.09 L (5)
= 3.83 gram
Mol helium = 3.23 g : 4.00260 g.mol -1 (6)
= 0.807 mol
Dengan demikian maka untuk mencari tekanan Helium dapat dicari ;
P(18.09)= (0.807)8.314(298.15) (7)
= 2000.887 : 18.09 = 110.607 kPa
Rasio PK / bobot = 1,200 HP (11)
1,334.8kg dengan Mk 46
= 0,899 HP / kg
0.218 : 64 km/jam = 0,899:Vmax Mk 46 (12)
V max Mk 46 = 64 . 0,899= 214 km/jam
0.218
= 263 km/jam
Beda V=V Gatotkaca – V dengan Mk 46 (18)
Sehingga lebih lamban 62.3 km/jam dengan tambahan torpedo Mk 46.
3.6 Fungsional
3.6.1 Mobilitas
Persyaratan fungsional pada mobilitas adalah; mampu melakukan pergerakan dengan kecepatan jelajah sebesar 250 km/jam dengan kecepatan angin maksimal (dibawah troposfer) sebesar 23-27 knots.
Dalam kondisi bocor mampu melakukan pendaratan layang ditengah laut atau kembali ke pangkalan terdekat.
3.6.2 Intai
Untuk pengintaian fungsi yang harus ada adalah; Melakukan pengintaian pada ketinggian 10,000 kaki dengan masa operasi total 12 hari (1 hari go – 10 hari loiter – 1 hari back). Melakukan pengintaian sonar kapal selam, dengan ketinggian 20-50 meter dalam diatas permukaan air kecepatan jelajah.
3.6.3 Perlindungan
Melakukan tindak perang elektronika, dengan setidaknya mempunyai kemampuan menghalau salvo 5 roket kendali jarak menengah dalam kurun waktu 2,5 menit dan kelipatannya, dari ketinggian tertinggi loiter (10,000 kaki).
Gambar 017. Flare Deployment
Dengan menggunakan umpan, setidaknya harus dapat menghalau 3 roket kendali jarak pendek (sebelum persediaan chaff dan flare habis) dalam kurun waktu 1,5 menit.
Dengan menggunakan kanon 20 mm, dapat melumpuhkan setidaknya satu roket kendali yang luput dari tindak elektronika dan umpan dalam kurun waktu 5 detik.
Dengan menggunakan roket kendali, mampu menghancurkan setidaknya satu unit pesawat tempur musuh yang datang mendekat dari jarak beyond visual range.
Dengan menggunakan roket kendali jarak pendek, setidaknya harus dapat menghancurkan satu unit pesawat tempur yang datang mendekat pada jarak 19 km.
Dengan menggunakan torpedo ringan, harus dapat menghancurkan sasaran kapal selam musuh dalam radius 1.5 km dengan kedalaman 300 meter.
3.7 Non-Fungsional
3.7.1 Manusia
Dapat dioperasikan dengan mudah (friendly use) oleh dua personel kendali navigasi, satu personel operator radar, satu personel operator SAR, satu personel operator sensor EO/IR, satu personel operator Sonar, satu personel operator Taktikal (Peperangan) atau Komando. Tim operator ini bekerja selama 8 jam (1 shift kerja), dengan total 3 tim operator pada 24 jam operasional. Dimana tempat bekerja dari tim operator ini disebut sebagai Mission Control Element (MCE).
Gambar 018. Mission Control Element – Navigation control console
Didarat memerlukan ground crew setidaknya 20 orang tanpa keahlian khusus untuk menangkap tali dan menambatkannya di tempat docking-nya.
Untuk perawatan rutin, diperlukan 5 tenaga ahli perawatan airframe dan balonet, 4 tenaga ahli perawatan optik-elektronika, 2 tenaga ahli perawatan piranti lunak, 2 tenaga ahli perawatan senjata.
3.7.2 Keamanan
Karena ini adalah wahana nir-awak keamanan personel awak operator tidak perlu dikhawatirkan karena berada dalam lingkungan terpisah dari wahana, kecuali keamanan personel ground crew ketika terjadi pendaratan.
Keamanan dari usaha penyadapan lintas data maupun kontrol dari pihak lawan, memang harus diakui sangat rawan. Ini harus diatasi dengan meningkatkan jalur frekuensi aman dengan sistim acak atau melompat (scramble and hopping frequency) dan jika diperlukan sekali (misalnya dalam pengintaian rahasia), dapat beroperasi mandiri (autonomous mode) dengan menerapkan pemrograman rute-aktifitas dan fungsi auto-defence ketika menghadapi ancaman atau masalah serta data yang tidak di-transmit melainkan disimpan on board sampai misi selesai dan kembali, sehingga pihak lawan tidak dapat menyadap frekuensi apapun dari wahana dan MCE.
3.7.3 Lingkungan
Wahana ini tidak membulkan polusi bagi lingkungan, karena daya apungnya dari Helium, mesin tenaga listrik yang pasokannya dari tenaga matahari dan generator magnetik yang ramah lingkungan, sehingga tidak mengeluarkan gas emisi dan termasuk tidak menimbulkan polusi suara.
Namun demikian ada juga resiko lingkungan pada penggunaan sistim senjata Torpedo Mk 46. Karena menggunakan sistim Otto Fuel II (dari penciptanya Dr. Otto Reitlinger) yang mempunyai kandungan nitrated ester explosive propellant propylene glycol dinitrate (PGDN), kemudian desensitizer (dibutyl sebacate) dan ditambahkan stabilizer (2-nitrodiphenylamine). Komponen utama yaitu propylene glycol dinitrate sekitar 75% dari campuran, sementara dibutyl sebacate dan 2-nitrodiphenylamine hanya diperkirakan sekitar 23% dan 2%. Menurut EPA's National Priorities List campuran Otto Fuel II ini adalah beracun bagi lingkungan (EPA's National Priorities List).
Sehingga penanganan senjata torpedo Mk 46 memang harus memahami protokol keamanan pemasangan, pencopotan dan pemeliharaan dari manual pabrikan.
3.8 Keterbatasan
Pada tingkat ancaman strategis adalah penggunaan pesawat tempur pencegat berteknologi Siluman. Karena ketika sensor dan radar sudah bisa mendeteksi, jarak penyerang sudah terlalu dekat dan terlalu singkat untuk memanggil bala bantuan pesawat tempur atau reaksi pertahan aktif.
Keterbatasan dari tingkat taktis adalah cuaca, terutama pada saat pendaratan dan tinggal landas menuju ketinggian stratosfer. Angin kencang dengan kecepatan mulai 30 knot keatas dianggap sudah berbahaya bagi penerbangan misi.
Laju wahana yang lamban juga merupakan faktor keterbatasan taktis. Karena mungkin saja ketinggian troposfer merupakan keunggulan jarak jangkau pesawat tempur, namun tidak selamanya berada dalam ketinggian tersebut. Sehingga masih terbuka kemungkinan untuk dapat diserang oleh pesawat tempur. Dan pada jarak efektifnya (0-19 km) peluru senapan mesinpun (mulai kaliber 12,7 mm s/d 30 mm) dapat merobek cangkang dan balonet didalamnya. Apalagi peluru senapan mesin tidak bisa ditipu oleh elektronika maupun usaha pertahanan lain.
3.9 Evaluasi dengan alternatif intai lain
Alternatif Pengintai Strategis;
AWACS SWOT
Gatotkaca SWOT
Spy Satellite SWOT
Keterangan tabel ;
Coverage à sama sama mempunyai jarak liput yang luas
Radar à Satelit mata mata tidak mempunyai radar tapi hanya sensor Optik Elektronik dan Inframerah - bekerja berdasarkan petunjuk koordinat
Sensor à Awacs mempunyai namun terbatas fokus pada radar udara
Sonar à hanya Gatotkaca yang punya
Protection à Awacs mampu pertahanan pasif sambil manuver menghindar, Gatotkaca mengandalkan pasif-aktif namun lamban manuver, Satelit tidak terjangkau ancaman pesawat tempur
Support à Rawan Embargo pada Awacs, Gatotkaca tidak terlalu (*) jika menggunakan vendor item dari teknologi Russia atau China atau swadaya, Satelit tidak perlu support ruang angkasa tapi tidak ada yang mau menjual teknologi satelit mata mata
Mobility à Awacs Cepat dan waktu liputan 9 jam, Gatotkaca lamban dan waktu liputan efektif 10 hari, Satelit cepat dan waktu liputan beberapa menit
Total Cost à Awacs berkisar pada pembelian pesawat berbadan besar dan perangkat radarnya, flying cost tinggi karena bahan bakar avtur, Gatotkaca berkisar pembelian airframe dan balonet didalamnya, mahal terutama pada biaya awal pembelian perangkat radar, sensor elektronika, flying cost rendah karena teknologi balon, berbanding dengan lamanya durasi operasi, Satelit mata mata yang tidak dijual teknologinya oleh negara pengguna, kemudian mahal dalam mengembangkannya, ditambah lagi biaya peluncurannya yang harus menggunakan roket yang berbiaya sekitar 10-20 juta dollar (Long March-China, Ariane Space-Europe).
4. Kesimpulan
Dari analisis akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Wahana Gatotkaca adalah pilihan yang terbaik dalam konteks kebutuhan keamanan strategis Indonesia
- Dapat dibuktikan secara teori konseptual
- Mempunyai sejumlah keunggulan strategis (kemampuan monitor yang luas dan presisi, cost effective yang tinggi, durasi yang lama) dengan satu kelemahan strategis (ancaman pesawat siluman) dan beberapa kelemahan taktis (angin, serangan senapan mesin)
- Spesifikasi
Panjang 153 meter
Lebar 86 meter
Daya Dorong 4 ducted fan elektrik 1,200 PK 880 KW
Tenaga Panel Surya kapasitas 7 MW dan cadangan Generator Magnetika kapasitas 7 MW
Durasi Operasional 12 hari (1 go – 10 loiter – 1 back)
Kecepatan jelajah dan maksimum 250 km/jam – 325 km/jam
Radar dan sensor
Radar Pulsa Doppler Shmel Radar Russia
Syntetic Apperture Radar-EL/M-2060 Israel
Electro Optic /InfraRed-Elektropribor Russia
Sonar -Elektropribor Russia
Berat standar 1,000 kg
Berat dengan senjata (perlindungan aktif)
Konfigurasi 4 M134 Minigun 1,054 kg
Konfigurasi 2 M61 Vulcan 1,646 kg
Konfigurasi 4 rudal anti udara 1,583.5 kg
2 AIM 120 AMRAAM
2 AIM 9 Sidewinder
Konfigurasi 1 torpedo Mk 46 1,334.8 kg
Perlindungan pasif
Perang Elektronika
Umpan Chaff
Umpan Flare
5. Rekomendasi
- Untuk dapat di lanjutkan dengan riset dan pengembangan antara Institut Teknologi Bandung – PT. Dirgantara Indonesia – PT. Lembaga Elektronika Negara – PT. INTI – PT. PINDAD – Departemen Pertahanan dan pihak lainnya sebagai pendukung
- Setidaknya dibutuhkan 6 unit Wahana Gatotkaca, dengan perincian 3 unit untuk patroli Selat Malaka (mengamati bajak laut, masalah perbatasan dan lingkungan), Kalimantan (masalah lingkungan dan perbatasan), Papua (masalah lingkungan, keamanan dan perbatasan) dan 3 unit lagi sebagai unit pengganti patroli
6. Ucapan Terimakasih
Ijinkan saya untuk menyampaikan terimakasih kepada Bapak Prof. DR. Ir. Dwiwahjoe Sasongko dosen pengajar mata kuliah Inovasi Teknologi Pertahanan. Yang telah memberikan inspirasi dan motivasi serta ilmunya yang luas bagai samudera, sehingga jurnal ini bisa dibuat dan di presentasikan untuk kepentingan bangsa dan negara.
Terimakasih juga kepada Bapak Sunu Herwi Pranolo, S.T., M.Sc atas bimbingan yang sangat baik dan membantu sekali pada kesempurnaan kerja penulis.
Tidak lupa terimakasih kepada Mayor (Laut) Ir. Hadi Purnama, yang telah mengingatkan pada hukum Boyle untuk mencari tekanan gas Helium.
7. Referensi
http://www.nytimes.com/1987/06/06/business/navy-awards-blimp-order.html, access on 20-04-’09 18:09
http://www.space.com/businesstechnology/technology/black_triangle_020805.html, access on 20-04-’09 18:30
http://www.ezep.de/zsg/zsg.html, access on 20-04-’09 18:41
http://www.ezep.de/zpj/zpj.html, access on 20-04-’09 18:45
US War Department, Airship Aerodynamics: Technical Manual, (1941) 2003, ISBN 1-4102-0614-9, access on 20-04-’09 18:45
http://www.vantageship.com/en_ca80data.htm, access on 20-04-’09 18:53
http://www.zeppelinflug.de/, access on 20-04-’09 18:41
http://www.airshipventures.com/, access on 20-04-’09 18:55
http://www.aerosml.com/, access on 20-04-’09 19:01
http://www.darpa.mil/body/news/2005/walrus.pdf, access on 20-04-’09 19:09
http://www.faa.gov/aircraft/air_cert/design_approvals/uas/reg/media/frnotice_uas.pdf, , access on 20-04-’09 19:14
http://www.defenseindustrydaily.com/2005/10/us-cbo-gives-ok-to-hula-airships-for-airlift/index.php, access on 21-04-’09 11:55
http://www.history.navy.mil/download/lta-08.pdf, access on 21-04-’09 12:05
http://www.chem.hawaii.edu/uham/lift.html, access on 21-04-’09 12:20
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B8CX5-4SDX1TK-5&_user=10&_rdoc=1&_fmt=&_orig=search&_sort=d&view=c&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=1291dd09688fa1da28868d6b09897fe0, Jian-min LIUa, , Chuan-jing LUa and Lei-ping XUEa, Investigation of Airship Aeroelasticity Using Fluid-Structure Interaction, access on 21-04-’09 14:12
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6V4R-4VVR1WG-1&_user=10&_coverDate=03%2F17%2F2009&_alid=906510560&_rdoc=6&_fmt=high&_orig=search&_cdi=5765&_sort=d&_docanchor=&view=c&_ct=708&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=13009f38f4fe474aeb6e967aa2c369ff, Several motivations, improved procedures, and different contexts: The first liquefactions of helium around the world (Les premiers liquéfacteurs d'hélium à travers le monde : motivations, procédures améliorées et contextes différents), Simon Reif-Acherman a School of Chemical Engineering, Universidad del Valle, A.A. 25360 Unicentro, Cali, Colombia, access on 21-04-’09 14:32
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6V3S-4VPM5HK-1&_user=10&_coverDate=02%2F26%2F2009&_alid=906510560&_rdoc=9&_fmt=high&_orig=search&_cdi=5738&_sort=d&_docanchor=&view=c&_ct=708&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=6b8cec2b684aff785a7f87850eec521c, H.M. Cathey Jr., The NASA super pressure balloon – A path to flight, a Physical Science Laboratory, New Mexico State University, NASA GSFC/Wallops Flight Facility, Code 820, Balloon Program Office, NASA Wallops Flight Facility, Wallops Island, VA 23337, USA, access on 21-04-’09 14:42
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6V3S-4VNH455-D&_user=10&_coverDate=02%2F20%2F2009&_alid=906510560&_rdoc=10&_fmt=high&_orig=search&_cdi=5738&_sort=d&_docanchor=&view=c&_ct=708&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=7dc9526bd93a7f4e173f7d370261ffc9, A gas management system for an ultra long duration Titan blimp, by J.L. Halla, , J.A. Jonesa, L. Brookeb, B. Henningsc, R. Van Boeyenc, A.H. Yavrouiana, J. Mennellaa and V.V. Kerzhanovicha Jet Propulsion Laboratory, California Institute of Technology, 4800 Oak Grove Drive, Pasadena, CA 91109, United States, bTensys Dynamics Ltd., 1 St. Swithins Yard, Walcot Street, Bath BA1 5BG, United Kingdom, cLynntech Inc., 7610 Eastmark Drive, College Station, TX 77840, United States, access on 21-04-’09 15:05
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B83WY-4VBDNFD-1V&_user=10&_coverDate=01%2F07%2F2009&_alid=906510560&_rdoc=12&_fmt=high&_orig=search&_cdi=33799&_sort=d&_docanchor=&view=c&_ct=708&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=652de88c16cd9948016693dbde7d8e45, The rise and fall of the metal airship,
by Paul Collins, access on 21-04-’09 17:00
by Paul Collins, access on 21-04-’09 17:00
http://www.comandosupremo.com/Douhet.html, access on 21-04-’09 17:12
http://www.wwf.or.id/index.php?fuseaction=whatwedo.forest_fire&language=i, Kebakaran Hutan dan Lahan, access on 21-04-’09 17:19
http://idsps.org/option,com_docman/task,doc_download/gid,99/Itemid,15/, reformasi perbatasan, access on 21-04-’09 17:27
http://www.madehow.com/Volume-3/Airship.html, access on 21-04-’09 17:44
info menarik
ReplyDelete