Monday, February 14, 2011

Strategi Perisai Manusia Hamas?

Ir. Ade Muhammad, M.Han
Pemerhati Militer dan Terorisme


Strategi Perisai Manusia Hamas?
Insiden Mavi Marmara Ini hanyalah tip of the iceberg dari konflik antara Israel dan Hamas yang memperjuangkan Palestina.
Tanggal 31 Mei 2010, Israel melancarkan Operasi Sky Winds yang bertujuan untuk membajak 5 kapal sukarelawan pro Palestina yang sedang menuju Gaza Palestina yang sedang di blokade dengan membawa bantuan logistik kemanusiaan. Kapal kapal itu adalah Sfendoni, MS Sofia, Challenger 1, MV Mavi Marmara, Gazze dan Defne Y.
Terjadi perdebatan atas siapa penyebab korban jiwa, dimana versi sukarelawan, mereka melawan pasukan Sayeret 13 (Sayeret Mat’kal) yang mendarat di kapal Mavi Marmara karena mereka membela diri diserang di perairan internasional.
Pasukan israelpun dikabarkan menyerang mereka dan menyebabkan sembilan orang korban sukarelawan dari serangan jarak dekat, beberapa diantara mereka mendapat tembakan dari belakang kepala.
Sementara versi Israel seraya menunjukkan bukti video awal penyerbuan, memperlihatkan bahwa pasukan komando itu justru yang diserang dengan batangan besi, kursi dan bahkan terlihat pasukan komando menjadi bulan bulanan “sukarelawan militan” sebelum dilempar ke dek.
Senjata dari pasukan komando itu terdiri dari senjata pengendali massa berupa Paint Ball (senapan olahraga, berpeluru bulat plastik isi cat kecepatan rendah didorong oleh gas CO2) dan pistol pinggang 9 mm untuk kondisi darurat. Senjata pistol ini nampak direbut dan ditembakkan ke arah pasukan komando yang terus terjun.
Total sepuluh pasukan komando Sayeret 13 terluka sebelum mereka berhasil membungkam perlawanan para “sukarelawan militan” di atas kapal Mavi Marmara.
Tidak terjadi konflik berdarah di 4 kapal lainnya, karena tidak adanya perlawanan dari sukarelawan kepada pasukan komando yang menyergap.
Disini terlihat, ada atau tidaknya perlawanan, sudah terjadi fenomena perisai manusia dari warga internasional untuk menghadapi militer Israel. Menimbulkan banyak pertanyaan, salah satu yang terbesar adalah apakah ini adalah strategi perisai manusia ? Bagaimana bisa ini terjadi ?, siapa saja yang pernah melakukan? Dan Apakah efektif ? dalam konteks perlawanan terhadap Israel.
Blokade Laut Israel Blokade Israel di ambil pada Juni 2007 sesaat setelah Coup de t’at Hamas terhadap Presiden Palestina terpilih Mahmoud Abbas pada 15 Juni 2007, sebagai langkah final terhadap pengambil alihan kekuasaan politik secara paksa terhadap Fatah yang merupakan rival kuat Hamas di pemilu.
Banyak pemimpin Fatah di usir maupun ditangkap dan dimasukkan dalam penjara penjara di seluruh wilayah Palestina. Ini membuat proses perdamaian menjadi limbung dan kerja besar masyarakat Internasional termasuk tetangga tetangga Arab terancam gagal.
Inilah yang juga mendorong Mesir untuk melakukan blokade secara serentak bersama Israel untuk membatasi ruang gerak Hamas secara militer. Israel bersama Mesir memblokade perbatasan darat dan laut.
Israel menerapkan 3 mil blokade laut dari tepi pantai dan Mesir membangun penghalang baja bawah laut. Israel tetap membuka aliran logistik ke Jalur Gaza, namun diatur hanya seperempat dari jumlah normal sebelum di blokade.
Tujuan dari blokade ini untuk membatasi Hamas untuk kabur dan mendapatkan suplai roket Qassam serta amnunisi lain maupun tambahan personel dari jalur jalur logistik.
Pada teori blokade, ada 3 kategori blockade. Blokade Dekat (Close Blockade), Blokade berjarak (Distant Blockade) dan Blokade Lepas (Loose Blockade).
Blokade dekat, menempatkan kapal perang pada jarak pandang pada pantai atau pelabuhan, untuk reaksi yang cepat pada kapal yang datang atau pergi. Ini sulit karena harus membentuk rantai kapal perang yang rentan dengan berbagai ancaman, mulai cuaca, jarak suplai logistik yang lebih jauh (karena mereka diperairan musuh) sampai serangan dari pelabuhan musuh (yang logikanya kapal musuh dekat dengan suplai mereka dari pelabuhan).
Blokade berjarak, kapal perang pemblokade mengambil jarak dari pantai atau pelabuhan, namun akan menyergap kapal yang datang dan pergi. Ini memerlukan kapal yang lebih baik dan masih bisa beroperasi relatif dekat dengan pangkalan aju mereka.
Blokade lepas adalah melakukan blokade di luar jarak pandang dan namun tidak lebih. Ini akan membiarkan kapal musuh untuk berlayar dan kemudian dapat disergap atau di serang secara mendadak.
Sementara wilayah yang diblokade disebut juga sebagai wilayah steril atau jika tertembus objek tak diinginkan, disebut dengan Kill Zone atau Kill Box, zona bunuh atau kotak bunuh.
Dimana objek tak diinginkan harus segera dimusnahkan dengan segala cara yang ada pada Angkatan Laut yang menjaganya. Dalam konteks ini adalah Angkatan Laut Israel pada wilayah antara pantai Gaza sampai 3 mil laut.
Kemudian diluar Kill Zone itu, ada wilayah penyangga, yang merupakan daerah untuk mencegah dan mencegat objek sebelum dihancurkan di Kill Zone. Wilayah penyangga ini sangat penting, karena memang di maksudkan untuk menghindari pertumpahan darah (ditenggelamkannya kapal anti blokade) dan menjadi wilayah negosiasi yang disebut juga dengan Buffer Zone.
Otomatis Buffer Zone ini berada di wilayah Internasional namun sudah lazim dalam digunakan dalam sebuah blokade laut, sebagai ruang untuk menghalau objek atau kapal yang tidak diinginkan.
Jika masih saja, melaju biasanya dilakukan tindakan tindakan tidak mematikan (menenggelamkan kapal), seperti menembak tembakan peringatan, tembakan pada funnel (cerobong asap), penyergapan kapal, sampai pelumpuhan propeler kapal dengan tembakan meriam.
Menurut panduan San Remo Manual on International Law Applicable to Armed Conflicts at Sea, 12 Juni 1994, Blokade laut dapat dikategorikan sah dalam perang laut, namun diatur dalam aturan aturan.
Seperti aturan harus ada daftar larangan apa yang dibawa dalam kapal yang akan masuk area blokade. Jika kapal itu diperiksa dan tidak ditemukan barang yang terlarang dalam operasi blokade, maka kapal itu harus dibiarkan untuk meneruskan perjalanan.
Penyergapan ini dapat dilakukan di wilayah perairan Internasional dan perairan yang diblokade. Namun tidak boleh pada wilayah perairan negara yang netral.
Dalam konteks blokade Laut pada Cuban Crisis, dilakukan penyergapan Angkatan Laut Amerika pada 25 Oktober 1962 pada jam 7.15 pagi kapal perang USS Essex dan USS Gearing mencoba menyergap kapal Bucharest namun tidak dilakukan karena sudah jelas itu adalah kapal tanker yang tidak membawa rudal nuklir ke Kuba. Kemudian pada jam 5 sore USS Kennedy diperintahkan untuk menyergap kapal angkut Lebanon Marcula. Namun keesokan harinya dilepaskan karena tidak membawa rudal nuklir dan barang lain yang dilarang dalam daftar larangan Amerika.
Dari sini Israel berargumentasi bahwa operasi blokade mereka masih dalam taraf yang diperbolehkan oleh hukum internasional mengenai blokade laut. Namun disayangkan adanya kontak fisik antara komando penyergap dan sukarelawan, sehingga menimbulkan korban jiwa.
Walaupun juga ada argumentasi yang mempertanyakan apakah barang logistik seperti makanan dan obat obatan termasuk dalam kategori berbahaya dan harus dilarang dalam blokade? Peace Spoiler Hamas Harakat al-Muqāwama al-Islāmiyya atau "Islamic Resistance Movement" disingkat dengan Hamas.
Hamas didirikan pada tahun 1988 dan pada piagamnya disebutkan ditujukan untuk pembentukan Negara Islam Palestina, ditempat Israel dan wilayah Palestina dan keinginan untuk memusnahkan Israel dari muka bumi.
Didirikan oleh Sheikh Ahmed Yassin. Dalam teori manajemen konflik, perdamaian dan rekonsiliasi, mungkin Hamas dan Islamic Jihad dapat dikategorikan sebagai pengacau proses perdamaian (peace spoiler).
Dimana pada 4 Juni 2003 oleh kedua pemimpin organisasi tersebut ditegaskan untuk terus mengambil jalan kekerasan sementara Palestina dan Israel mulai mengambil jalan perundingan. Seperti PM. Ariel Sharon dan PM. Mahmoud Abbas melakukan komitmen untuk perdamaian yang dituangkan pada Roadmap for Peace.
Hamas melalui sayap militernya Brigade Izz ad-Din al-Qassam secara reguler menyerang Israel dengan kampanye bom bunuh diri terutama di bis bis serta restauran dan ketika Israel mulai 23 Juni 2002 memagari wilayah perbatasan, pada 6 Maret 2003 kampanye serangan dengan roket Qassampun dimulai.
Ini membuat ekskalasi konflik semakin meningkat antara Israel dan Palestina.
Membuat pemimpin Palestina semakin tidak berdaya. Tak kurang kampanye pembunuhan pucuk pimpinan Hamaspun dilakukan oleh Israel, tercatat mulai dari “The Engineer” Yihyeh Ayash pada 5 Januari 1996, Khald Mashaal pada September 1997, Saleh Shehadeh pada 23 Juli 2002, Ismail Abu Shanab pada 21 Agustus 2003, serangan gagal kepada pada 10 Juni 2003 (namun berhasil pada 17 April 2004), serangan gagal kepada Ahmed Yassin pada 6 September 2003 (namun pada akhirnya berhasil pada 22 Maret 2004), pemboman fasilitas latihan tempur Palestina di Syria pada 5 Oktober 2003, Izz El-Deen Al-Sheikh Khalil pada 26 September 2004.
Namun itu semua tidak menghentikan operasi militer Hamas. Bahkan pada perjanjian Persatuan Palestina di Mekah pada 8 Februari 2007 dimana Hamas dan Fatah akan berbagi kekuasaan, Hamas kembali menegaskan mereka tidak akan mengakui negara Israel.
Walaupun sudah ada perjanjian ini, Hamaspun tidak segan segan menyingkirkan Fatah dengan melakukan Coup berdarah pada 15 Juni 2007. Dengan serangan serentak di Gaza, menyerang serta menangkapi pemimpin pemerintahan dari Fatah, sehingga Presiden terpilih Palestina Mahmoud Abbas otomatis membubarkan pemerintahan persatuan karena pengkhianatan perjanjian Mekah ini.
Secara de facto Hamas berkuasa setelah berhasil memojokkan Fatah. Bahkan pada 13 November 2007 saat peringatan kematian Yasser Arafat, Hamas menembaki para pendukung Fatah yang juga warga Palestina itu dengan memakan korban 7 jiwa dan 55 terluka.
Kegiatan Hamas yang brutal juga membuat negara negara Arab yang merasa memberikan kontribusi perdamaian menjadi rikuh dan khawatir.
Sehingga ketika Israel memutuskan untuk 13 November 2007 mulai memblokade Gaza, Mesir dan Yordania juga ikut menutup perbatasan mereka.
Mereka tidak mau ambil resiko kalau personel Hamas sampai melarikan diri ke wilayah mereka. Serangan model ini berlangsung sampai diputuskan untuk melakukan operasi militer besar besaran pada 27 Februari 2008 dimana efektif menekan sementara posisi Hamas dan akhirnya saat itu menghasilkan gencatan senjata Israel – Hamas pada 19 Juni 2008 di Gaza.
Namun ini dirusak lagi dengan serangan Hamas berikutnya yaitu menggunakan buldozer pada 1 July 2008 di Yerusalem, kemudian pada 11 Juli 2008 dengan penyerangan prajurit Lance Corporal David Chriqui, 19 tahun dan kemudian serangan buldozer diulang lagi pada 22 July 2008.
Israel mencoba melunak dengan mengizinkan anggota Fatah kabur ke Mesir pada 4 Agustus 2008, membebaskan 200 tawanan Palestina pada 17 Agustus 2008 serta membolehkan dua kapal angkut sukarelawan kemanusiaan yang nekat menerabas blokade Israel untuk berlabuh di Gaza pada 23 Agustus 2008. Pada bulan Agustus 2008, dokter dokter yang berada dibawah kegiatan kemanusiaan Fatah melakukan protes dan aksi mogok pada penguasa Hamas.
Pada 5 September 2008 Israel masih mengijinkan persenjataan untuk pemerintah Palestina dan tambahan 500 polisi di Hebron pada 23 Oktober 2008. Strategi Perisai Manusia Kemudian metode Hamas juga berkembang dengan dugaan menggunakan strategi perisai manusia. Dimana dalam strategi ini, taktik Hamas adalah menembakkan roket roket Qassam dari tengah tengah pemukiman penduduk Gaza menuju wilayah Israel, yang membuat tembakan balasan dari wilayah Israel akan mengenai penduduk Gaza sendiri.
Berbagai taktik lain juga dikembangkan, merujuk pada strategi besar perisai manusia.
Ini membuat musuh mereka, Israel menjadi serba salah.
Jika mereka berdiam diri, maka warga Israel terus berjatuhan menjadi sasaran roket roket Qassam Hamas. Jika mereka bertindak membalas, maka mereka akan mengenai penduduk Gaza atau wilayah lain di Palestina dimana Hamas bersembunyi ditengah penduduk.
Ini dipastikan akan menuai kebencian dan kritik Internasional.
Tiba tiba pada 24 Desember 2008 diluncurkannya salvo sekitar 60 Roket Qassam dari wilayah pemukiman padat penduduk di Gaza oleh Hamas serta beberapa kelompok kecil lainnya, dan ini memancing reaksi keras dari Israel.
Merekapun melancarkan Operasi Oferet Yetzuka (Operation Cast Lead) pada 27 Desember 2008. Israel menyerang dengan serangan udara bertubi tubi pada fasilitas peluncuran roket roket, pabrikan pembuat roket, lorong lorong penyelundupan serta pusat komando dan kontrol tempur Hamas.
Namun seperti yang sudah diduga, operasi ini juga membawa serta korban jiwa penduduk sipil Palestina, yang memang sudah dirancang dengan cerdik oleh Hamas.
Tidak kurang dari total 1,300 korban jiwa di pihak Palestina. Kebanyakan adalah sipil tak berdosa.
Pada 18 Januari 2009 Hamas keluar dan mendeklarasikan gencatan senjata, walaupun ada prakteknya masih ada tembakan roket Qassam disana sini yang dibalas juga oleh Israel dengan serangan balasan terbatas.
Walaupun gaya operasi Israel sudah mulai berubah, tidak seperti era lalu yang selalu tertutup, sekarang humas IDF sibuk menayangkan berbagai hasil operasi militer presisinya, tapi korban jiwa sipil memang tidak terelakkan lagi.
Operasi Oferet Yetzuka pun dihentikan namun Israel sudah kadung menuai kritikan dan kecaman dunia.
Setelah efektif di blokade, Hamaspun secara cerdik beralih pada dukungan global, terutama dari dunia Islam.
Dimana di organisir kegiatan menembus blokade untuk membawa logistik ke Gaza dan akhirnya membawa pada insiden Mavi Marmara.
Ini pun tidak lepas dari dugaan menggunakan strategi perisai manusia. Korban jiwa pada pihak warga sipil Internasional oleh militer Israel menjadi sebuah “komoditi” yang laris di eksploitasi melalui media dunia dan digunakan sepenuhnya untuk membungkam Israel.
Intinya dengan strategi perisai manusia, ternyata lebih efektif untuk mengalahkan musuh dengan memanfaatkan opini publik dunia.
Bagi pihak Hamas, ini adalah sebuah kemenangan.
Ini juga memperluas spektrum konflik Israel dengan dunia, terutama dunia Islam. Hamaspun dituduh mempunyai taktik turunan dari strategi perisai manusia, dengan menggunakan perisai anak anak dan mengembangkan model rekrutmen prajurit anak. Perisai anak ini diperlihatkan dalam video propaganda Israel, yang memperlihatkan anak yang dipaksa dua prajurit Hamas untuk melindungi mereka dari penembak runduk IDF.
Kemudian video lain memperlihatkan seorang yang dijelaskan sebagai militan Hamas menggunakan anak sebagai perlindungan untuk berpindah posisi. Pada November 2006, IDF juga mengingatkan tersangka peluncur roket Muhammad Weil Baroud untuk keluar dari wilayah pengungsi Jabalya. Namun Hamas malah memanggil sukarelawan yang kebanyakan wanita dan anak anak untuk datang ke rumah dekat lokasi, sehingga IDF membatalkan serangan udara.
Untuk program prajurit anak, Hamas juga diserang oleh bukti video dari sumber sumber Arab, yang memperlihatkan anak anak dibawah umur 15 tahun berlatih militer. Anak anak ini sangat berguna dalam kegiatan penyelundupan senjata serta peledak, atau sengaja disuruh bermain main ketika operasi penembakan roket Qassam, untuk mencegah serangan balasan.
Hamas secara resmi mengakui adanya program untuk melatih anak anak bersenjata, namun mengutuk serangan oleh prajurit anak.
Ini menyusul serangan bunuh diri dari 3 anak belasan tahun yang menyerang pos Israel di Netzarim, sentral Gaza pada tahun 2002.
Sukses dari pelanggaran HAM musuh Target utama dari strategi perisai manusia adalah agar musuh melakukan pelanggaran HAM sebanyak banyaknya. Dimana HAM sendiri menjadi agenda dunia untuk ditegakkan, selain Demokrasi dan Lingkungan Hidup. Melanggar HAM berarti melawan agenda dunia dan Amerikapun tidak akan sanggup membela pelanggar HAM jika opini global sudah terbentuk.
Contoh contoh seperti Holocaust dimana kekejaman Jerman Nazi pada PD II, membuat Internasional terutama Amerika dan Inggris trenyuh dan memberikan bangsa Yahudi negara Israel.
Sementara Pelanggaran HAM militer Perancis di Aljazair menuai kritik dari dalam negeri Perancis dan memaksa untuk memberikan kemerdekaan terhadap Aljazair.
Tidak lupa Amerika bernasib sama seperti Perancis di Vietnam, dimana publik Amerika tidak setuju dengan pelanggaran HAM di perang Vietnam. Memaksa Presiden Amerika menarik mundur pasukannya dari Vietnam.
Sementara itu pelanggaran HAM Indonesia era Presiden Soeharto di Timor Timur juga mendapat kecaman serta tekanan dunia Internasional dan memaksa Indonesia memberikan referendum pada Timor Timur. Namun Indonesia juga pernah menggunakan pada masa lalu taktik Pagar Betis, yang menjejerkan warga sipil dalam pengepungan, sementara TNI berada dibelakang untuk membungkam perlawanan pemberontak DI/TII dan PKI pada era 50-60 an. Ini membawa sukses karena efisiensi yang tinggi walaupun berdarah dingin dan pemerintah saat itu juga mendapat kritik dari pemerhati masalah kemanusiaan.
Sekarang taktik pagar betis tidak digunakan lagi karena kesadaran HAM di TNI. Ini membuktikan bahwa pelanggaran HAM akan mengakibatkan opini publik dan dunia akan membawa keuntungan politis bagi yang tertindas.
Dalam konteks ini pelanggaran HAM Israel pada warga Palestina akan menguntungkan pada tujuan politik Hamas. Jika benar Hamas menggunakan Strategi Perisai Manusia, maka apakah pelanggaran HAM Israel pada penduduk Palestina (dan sekarang penduduk dunia), akan membawa mereka pada kemenangan yang hakiki? Waktu yang akan menjawabnya.

No comments:

Post a Comment