Monday, February 14, 2011

Sabotase Selat Malaka - Strategi Maritim Jihadi (dimuat dalam majalah intelijen edisi september 2010)

Sabotase Selat Malaka - Strategi Maritim Jihadi
oleh Ir.Ade Muhammad, M.Han

Mulai penggerebekan Densus 88 pada 6 Maret 2010 di Kabupaten Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sampai pada penangkapan Abu Bakar Baasyir bersama anggota Jamaat Tawhid Anshorut (JAT) pada 9 Agustus 2010 Aceh ditengarai oleh pihak intelijen sebagai basis baru terorisme.

Mengapa Aceh?
Aceh sangat menarik untuk dipertimbangkan karena ada beberapa faktor. Pertama Aceh adalah propinsi yang menerapkan syariah Islam. Kedua mempunyai posisi yang strategis dalam jalur logistik dunia. Ketiga kondisi sosial yang subur untuk bibit radikalisme. Ini dimungkinkan karena kondisi ekonomi yang masih sulit dengan pengangguran (mencapai 76,89) dan inflasi yang tinggi.
Dengan potensi manusia sebanyak 4.486.570 jiwa. Dimana jika 0,01 persen saja dapat dijaring dengan metode indoktrinasi persuasif dan simpatik, maka berpotensi akan didapat sekitar 4,486 stok jihadi Aceh yang siap dikorbankan.

Teori Assimetric warfare
"Asymmetric warfare" dapat dijelaskan sebagai konflik yang dimana dua pihak yang berperang berbeda secara prinsip dan perjuangan, berinteraksi dan mencoba untuk mengekspoitasi kelemahan masing masing pihak. Perjuangan ini seringkali melibatkan strategi dan taktik dari perang non konvensional, kombatan yang lebih lemah mencoba untuk menggunakan strategi tertentu untuk mengompensasi kekurangannya dalam kualitas atau kuantitas.
"Asymmetric warfare" berdasarkan Strategi, misalnya bangsa Inggris dengan Strategi Peperangan Maritim dan bangsa Perancis dengan Strategi Peperangan Kontinental.
AW berdasarkan Taktikal, misalnya menggunakan medan perang tertentu yang tidak dikuasai lawan, atau kecil namun kreatif. Dimana ini semuanya taktik yang tidak diduga atau antisipasi lawan.

Menariknya Selat Malaka
Kondisi geografinya adalah sebuah selat sempit sepanjang 500 mil dan lebar tersempit  1,5 mil pada selat philips dan terlebar 24 mil, dengan kedalaman 25 meter.
Dengan 50.000 kapal pertahun, termasuk tanker dengan 15 juta barel minyak per hari (sekitar 2,400,000 m3/d). Ini merupakan urat nadi logistik untuk banyak negara di Asia.
Selat Malaka juga merupakan tempat yang rawan bagi pelayaran apalagi dengan kemampuan pertahanan RI menurut audit pertahanan TNI – Kemenhan 2009 menurun drastis sampai 35% dimana TNI AL hanya mempunyai kemampuan 16,55%.

Strategi Maritim Jihadi
Ada dugaan kuat, dimana fungsi Aceh diduga bukan lagi di setting menjadi basis latihan militer, namun sudah pada dugaan kuat sebagai basis Operasi.
Dengan mempertimbangkan masyarakat Aceh, lokasi serta kelemahan Indonesia. Sangat mungkin strateg Teroris sudah mempertimbangkan Strategi Maritim Jihadi.
Semua kejadian terorisme di Indonesia, biasanya diawali dengan perampokan bersenjata. Sebagai latihan speed, taktis, uji nyali dan tujuan psikologi untuk mendiskreditkan pemerintah daripada tujuan dana. Karena dana mereka diketahui berasal dari narco-terrorism Afghanistan yang memproduksi 93% opium dunia senilai 64 milyar dollar. Didistribusikan dengan metode Hawala system yang menyerupai prinsip Money Gram transfer yang aman. Dan mereka sudah sukses menjadikan laut sebagai jalur transportasi aman mereka
Berikut adalah analisa ringan SWOT dari Maritime Jihadi Strategy and Tactics.
Analisa Strenght / Kekuatan, pada Stealth karena kapal mereka bisa disembunyikan dalam bentuk kapal kapal nelayan atau kapal sipil. Murah meriah, dengan speedboat murah dan peledak mampu menghancurkan kapal tanker. Apalagi kondisi perairan Selat Malaka kapal kapal kecil melintas dengan mudah. Kemudian dibutuhkan sedikit orang. Kondisi kemiskinan dan pengangguran tinggi untuk di eksploitasi. Reaksi berlebihan pusat kepada rakyat Aceh juga akan menambah simpatisan. Dana dan komunikasi yang cukup lancar antar sel. Kemudian inovasi teknologi, seperti UAV pengintai, kapal selam torpedo kontrol mini atau ranjau ranjau laut home made.

Analisa Weaknesses pada perlawanan rakyat Aceh untuk menolak Terorisme. Dipotongnya garis komando perencanaan dan dana sebelum sel lainnya aktif menggantikan.
Analisa Opportunity pada kelemahan TNI AL dalam mengamankan laut. Kemudian mengeksploitir Syariah Islam dan kesulitan ekonomi di Aceh untuk mencari korban. Posisi dekat dengan Malaysia dan wilayah Patani Thailand juga kesempatan.
Analisa Threats pada kerjasama global untuk melakukan patroli pengamanan Selat Malaka. Misalnya dengan sengaja melibatkan Armada VII Amerika Serikat dalam patroli bersama. Atau melakukan pre-emptive strike pada pangkalan aju mereka. Monitor intelijen penyusupan atau taktik Catch and Go.

Dampak
Jika ini terjadi efek kolosal yang menjadi ciri khas Jihadi Global. Apalagi jika terjadi lebih dari sekali, seperti yang terjadi pada Bom Bali I dan II serta Mariott I dan II. Dunia pelayaran akan mengubah rute pelayarannya berputar menyisiri sisi lain dari Sumatera. Apalagi jika dicapai supremasi penuh pada maritim oleh strategi maritim jihadi global pada kurun waktu tertentu. Ini akan membawa mimpi buruk ekonomi bagi Asia.
Ujungnya adalah jalur pelayaran bahan bakar dan logistik yang lebih jauh. Ini akan berdampak pada mahalnya biaya laut dan akan dibebankan pada harga bahan bakar.
Ini akan memicu inflasi. Sementara inflasi akan mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Dalam konteks ini Indonesia mempunyai fundamental ekonomi dengan daya beli yang paling lemah sehingga bisa dimungkinkan terjadi krisis moneter ke II yang akan menempatkan Indonesia dalam situasi kekacauan sosial politik.
Dengan kondisi seperti ini, seluruh wilayah Mantiqi II serta jaringannya bisa bergerak untuk mengambil alih Indonesia dengan dimulai dari Aceh.
Sekarang mungkin kita melihat ini hanya sebuah hipotesis, atau sekedar wacana saja. Namun bagaimana jika ini semua sudah menjadi rencana yang disiap dijadikan laksana oleh para Jihadi Global? … Wallahu allam bisawab.

No comments:

Post a Comment